Tekno Solution

Tekno Solution

Minggu, 03 Juli 2011

Askep Atresia Esofagus

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kelainan gastrointestinal pada bayi dan anak tidak jarang memerlukan tindakan bedah untuk menyelamatkan nyawa mereka. Kelainan-kelainan gastrointestinal yang memerlukan tindakan pembedahan tersebut, pada pokoknya terdiri dari 2 golongan besar yaitu kelainan kongenital dan kelainan didapat. Kelainan konginetal gastrointestinal yang memerlukan tindakan bedah pada umumnya akibat gangguan kontinuitas usus sehingga mengakibatkan gangguan pasase makanan seperti atresia, stenosis dan malrotasi. Gangguan fungsi pasase usus tanpa kelainan kontinuitas lumen terjadi pada akhlasia esofagus, stenosis pilorus dan penyakit Hirchsprung. Sedangkan kelainan gastrointestinal didapat yang memerlukan tindakan bedah antara lain apendisitis, enterokolitis nekrotikans, perdarahan gastrointestinal, volvulus, invaginasi, hernia, trauma saluran cerna, tumor gastrointestinal, dan perforasi usus.
EA (Esofagial Atresia), suatu kelainan bawaan dimana kerongkongan dan lambung tidak tersambung (terputus). Kelainan ini merupakan kasus yang jarang terjadi, di Amerika probabilitasnya sekitar 1 dari 4000 kelahiran.
Sampai saat ini tidak diketahui penyebab kelainan ini, hanya diperkirakan bahwa prosesnya terjadi pada minggu ke 4-8 masa kehamilan. Kasus yang lebih umum adalah yang disertai dengan fistula dimana salah satu segmen kerongkongan atau lambung tersambung ke paru-paru.
Sebagian besar bayi dengan fistula trakeoesofagus (TEF) saat lahir memperlihatkan gejala batuk, muntah dan salivasi berlebihan yang jelas. Sering disertai pneumonia aspirasi. Pada sekitar 90% kasus, esofagus bagian atas berakhir pada kantung buntu sedangkan segmen esofagus bagian bawah. Pada sekitar 10% kasus, terdapat atresia esofagus bagian atas tanpa disertai trakeoesofagus distal. Polihidramnion maternal sering dijumpai pada pasien-pasien ini. Pada sekitar 5% kasus terdapat fistula tipe H antara esofagus yang utuh dan trakea. Bayi-bayi ini biasanya baru menunjukkan gejala dikemudian hari setelah terjadi pneumonia aspirasi berulang atau tersedak waktu diberi makan. Tiga puluh persen bayi TEF mempunyai anomali lain, biasanya jantung atau gastrointestinal anus imperforate umum dijumpai. Esofagogram diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Fistula tipe H, biasanya terletak pada esofagus servikal bagian bawah, sering kecil dan mungkin tidak terlihat esofagogram barium standar. Mungkin diperlukan endoskopi atau bronkoskopi. Diagnosis dini, berat badan lahir normal, tidak adanya penyakit paru dan jarak yang pendek antara segmen esofagus proksimal dan distal mempunyai prognosis yang lebih baik. Pengobatannya secara bedah. Striktura dan pembentukan fistula pada tempat reparasi esofagus dapat terjadi, terutama pada atresia tinggi. Refluks gastroesofagus terjadi pada 75% pasien pascaoperatif. Fungsi peristaltik esofagus selalu abnormal.
B.     Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah “Asuhan Keperawatan Atresia Esofagus” ini adalah agar kita sebagai calon perawat professional dapat mengetahui tentang konsep medis serta konsep keperawatan dari penyakit atresia esofagus.


BAB II
KONSEP MEDIS
A.    Defenisi
J  Atresia Esophagus adalah kealinan kontinuitas lumen esophagus dimana bagian distal esophagus sampai kardia tidak mau membuka sehingga mengganggu aliran makanan (Sudaryat, 2005).
J  Atresia Esophagus adalah kegagalan esophagus untuk membentuk saluran kontinu dari faring kelambung selama perkembangan embrionik (Sandra M. Nettina, 2001).
J  Atresia Esophagus adalah kelainan kongenital yang mendesak (Bobak, dkk. 2004).
J  Atresia Esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus untuk mengadakan proses yang kontinu; esophagus mungkin saja atau mengkin juga tidak membentuk sambungan dengan trakhea (Fistula trakesofagus) (Wong, 2003).
B.     Tipe-tipe Atresia Esofagus
·         Tipe A (5 % samapai 8 %). Kantong buntu disetiap ujung esophagus, terpisah jauh dan tanpa hubungan ke trachea.
·         Tipe B (jarang). Kantong buntu disetiap ujung esophagus dengan fistula dari trakhea ke segmen esophagus bagian atas.
·         Tipe C (80 % sampai 95 %). Segmen esophagus proksimal berakhir pada kantong buntu dan segmen distal dihubungkan ke trachea atau bronkus primer dengan fistula pendek pada anak dekat bifurkasi.
·         Tipe D (jarang) kedua segmen esophagus atas dan bawah dihubungkan ke trakhea.
·         Tipe E (jarang dibandingkan A atau C). sebaliknya trakhea dan esophagus normal dihubungkan dengan fistula umum.

C.    Etiologi
Atresia esophagus merupakan suatu kelainan bawaan pada  saluran pencernaan. Kelainan ini biasanya disertai fistula antara trakhea ke esofagus. Insidennya bervariasi, dimana tahun 1957, Haight di Michigan mendapatkan 1 : 4425 bayi lahir hidup, sedangkan pada tahun 1988, Kyronen dan Hemmiki mendapatkan insiden sebesar 1 : 2440 kelahiran hidup. Insiden pada pria sebanding dengan wanita: yang disebabkan oleh sosial ekonomi rendah, umur ibu yang mudah dan tua, dan adanya penggunaan jangka panjang pil kontrasepsi. Terjadinya atresia esofagus terjadi karena esofagus dan trakhea gagal untuk berdiferensiasi dengan tepat selama gesitasi pada minggu keempat dan kelima.
D.    Patofisiologi
Atresia ini terjadi akibat adanya gangguan rekanalisasi yang mengikuti proses penyumbatan lumen yang terjadi selama fase proliferasi epitel. Sedangkan hipotesis lama mengatakan bahwa atresia ini terjadi akibat anomali vaskuler lokal sehingga mengakibatkan gangguan vaskularisasi usus yang akhirnya, terjadilah perforasi dan reabasorbsi dinding intra uterin, sehingga terbentuk diskontinuitas dari lumen usus.
E.     Manifestasi Klinis
Atresia esophagus dicurigai terjadi bila :
1.      Terdapat riwayat polihidramnion pada ibu
2.      Bayi lahir prematur
3.      Kateter yang dipakai pada saat lahir untuk resusitasi tidak dapat dimasukan kedalam lambung
4.      Bayi mempunyai sekresi oral/air liur yang berlebihan atau pernafasan berbuih
5.      Jika diberikan minum dan terjadi aspirasi maka bayi akan bersin, batuk, tersedak dan sianosis
6.      Distensi abdomen (bila ada fistula) atau abdomen skafoid bila tanpa fistula
7.      Gawat nafas progresif karena sekresi yang tidak tertelan, terumpah ke dalam trakhea.
F.     Diagnosis
Diagnosis antenatal dapat dibuat dengan pemeriksaan USG, dimana pada usia kehamilan 14 – 15 minggu tidak tampak adanya lambung janin, dengan cairan amnion yang normal atau meningkat. Diagnosis postnatal dibuat dengan gejala klinis di atas yang dipastikan dengan kateterisasi esofagus dengan kateter nomor 8 – 12 F yang agak kaku. Bila kateter terhenti tiba-tiba pada jarak 10 – 11 cm dari lubang hidung, maka diagnosis secara klinis dapat ditegakkan. Untuk diagnosis pasti dibuat dengan foto toraks dimana kateter terlihat terhenti/tergulung pada kantong esofagus yang buntu. Bayangan lebih jelas bila dimasukkan kontras gastrografin atau metrizamide melalui kateter tersebut. Adanya udara dalam abdomen menunjukkan adanya fistula trakeoesofageal.
G.    Penatalaksanaan
Operasi atresia esofagus bukanlah emergensi. Segera setelah diagnosis ditegakkan, dipasang sonde ke esofagus untuk mengisap air liur sehingga tidak terjadi akumulasi dan resiko aspirasi dapat dikurangi. Lebih baik bila dipasang sonde dengan 2 lumen, dimana dari lumen pertama dialirkan NaCl untuk mencairkan air liur sedangkan lumen yang lain untuk mengisap.
Bila atresia esofagus disertai fistula trakeoesofageal, bayi diletakkan dengan kepala lebih tinggi  30° untuk mencegah refluks/aspirasi asam lambung. Hendaknya mulai diterapi dengan antibiotika dan konsul ke bagian bedah. Untuk fistula yang diameternya besar, memerlukan gastrostomi yang emergensi untuk mencegah distensi gaster akut yang mengancam hidup karena terjadinya respiratory embarrassment. Untuk beyi aterm yang sehat, tanpa ada anomaly lainnya, dengan pneumonitis ringan, penutupan fistula dilakukan pada bayi yang berumur 24 – 72 jam, dan bila mungkin sekaligus dilakukan penyambungan esofagus. Pada keadaan ini, gastrostomi bisa tidak dilakukan, tetapi jika bayi dengan pneumonia berat, atau berhubungan dengan masalah medis yang meningkatkan resiko bedah, maka hanya dilakukan gastrostomi dekompresi.
Perawatan setelah operasi perlu dilakukan secara intensif. Perlu dilakukan pengisapan secret di saluran napas atas secra teratur untuk mencegah aspirasi. Nutrisi perlu diberikan secara parenteral; tetapi setelah 3 – 5 hari, nutrisi bisa diberikan lewat sonde gastrostomi. Makanan per-oral biasanya sudah bisa diberikan 7 – 10 hari setelah operasi.
Pada atresia esofagus tanpa fistula, jika jarak antara kedua ujung esofagus > 4 cm, biasanya perlu dilakukan pergantian esofagus, yang diawali dengan gastrostomi untuk tempat pemberian makanan dan esofagostomi servikal untuk diversi secret. Setelah usia 1 tahun kedua segmen esofagus bisa bisa dihubungkan dengan sonde gaster atau segmen usus halus.
H.    Prognosis
Waterston dkk membuat prognosis berdasarkan factor resiko yang dijumpai pada bayi tersebut antara lain : berat badan lahir, ada tidaknya kelainan bawaan lain dan pneumonia, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Klasifikasi fungsional fistula trakeo-esofagus dan
atresia esofagus oleh Waterston
Klasifikasi
% frekuensi
Deskripsi
% hidup
1962
1987
A

B

C
34

38

28
BBL > 2.500 gram dan sehat
BBL 1.800-2.500 gram dan sehat
BBL > 2.500 gram dengan kelainan konginetal sedang
BBL < 1.800 gram dengan pneumonia
BBL < 1.800 gram dengan kelainan berat atau pneumonia berat
95

68

6
100

86

73

Klasifikasi A prognosis baik dengan harapan hidup 95%, B prognosis sedang dengan harapan hidup 68% dan C prognosis buruk dengan harapan hidup 6%.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
(ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA ESOFAGUS)
A.    Pengkajian
1.      Lakukan pengkajian pada bayi baru lahir
o   Saliva berlebihan dan mengiler
o   Tersedak
o   Sianosis
o   Apnea
o   Peningkatan distres pernapasan setelah makan
o   Distensi abdomen
2.      Observasi, Manifestasi atresia esofagus
3.      Bantu dengan prosedur diagnostik misalnya : Radiografi dada dan abdomen, kateter dengan perlahan dimasukkan kedalam esofagus yang membentuk tahanan bila lumen tersebut tersumbat.
4.      Pantau dengan sering tanda-tanda distres pernapasan
5.      Laringospasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam kantung buntu
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara esofagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi
2.      Kerusakan (kesulitan) menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis
3.      Risiko tinggi cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan dan pascaoperatif
4.      Nyeri berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan
5.      Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, ketidaknyamanan karena pembedahan
6.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak dengan defek fisik 
        Beranda
·                              I LOVE YOU DALAM 99 BAHASA
·                              DOWNLOAD LAGU MARS PPNI
·                              SEJARAH KEPERAWATAN ISLAM
·                              VIDEO ZONE
·         
KONSEP BERMAIN PADA ANAK,ASKEP HIDROSEFALUS/HIDROCEFALUS,ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TRAUMA KAPITIS,ASKEP KLIEN DENGAN AMPUTASI,Omron Blood Pressure Monitor,TEORI STRESS DAN ADAPTASI,RENTANG RESPON KONSEP DIRI KLIEN
Hubungan/komunikasi Terapeutik Perawat dan Klien,ASKEP FARINGITIS,ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) OSTEOSARCOMA,KESEHATAN REPRODUKSI MASA REMAJA,MENGGUGURKAN KANDUNGAN ( ABORSI),KANKER PAYUDARA ( CA. MAMMAE),KELUH - KESAH PERAWAT DI INDONESIA,MENJADI PERAWAT YANG LEBIH BAIK,PERAWATAN LUKA
ASKEP HARGA DIRI RENDAH (JIWA),ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIH,ASKEP EFUSI PLEURA
ASKEP ASFIKSIA NEONATORUM,KELEBIHAN PERAWAT DARI DOKTER,MENJADIKAN PEKERJAAN SEBAGAI REKREASI,ASKEP TUMOR INTRACRANIAL (TUMOR OTAK)
ASKEP SINDROM CUSHING,ASUHAN KEPERAWATAN(ASKEP) PERILAKU BUNUH DIRI
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) TRAUMA ESOFAGUS,ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMILITIS
asuhan keperawatan dengan kanker serviks,ASUHAN KEPERAWATAN(ASKEP) HERNIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN “ LUKA BAKAR ‘’,ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERPARATIROIDISME.ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS KONTAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN dg Gangguan Kelenjar Adrenal
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN KELAINAN JANTUNG KONGENITAL
ASKEP PENYAKIT HIRSCPRUNG,ASUHAN KEPERAWATAN ENCEPHALITIS
ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA,askep pnemonia
INFARK MIOKARD AKUT,ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN “ HERPES ZOSTER “(cacar air)
askep diare,kebutuhan cairan IWL dan SWL,askep hemoroiD, 
makalah hiv / aids,askep meningitis,askep hipertensi 



Komentar dengan akun facebook

link

SEO Stats powered by MyPagerank.Net
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net

 
Design by Alamsyah Aris | Bloggerized by Alamsyah design | Maros Indonesia