Tekno Solution

Tekno Solution

Rabu, 29 Juni 2011

ASKEP KLIEN DENGAN AMPUTASI

  1. PENGERTIAN
Amputasi berasal dari kata “amputare“ yang kurang lebih diartikan “pancung“. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas.
Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan tekhnik lain atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.

  1. ETIOLOGI / FAKTOR PREDISPOSISI
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
1.      Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki
2.      Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
3.      Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat
4.      Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya
5.      Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif
6.      Deformitas organ
7.      Trauma

  1. TIPE AMPUTASI
1.      Amputasi Terbuka
Dilakukan pada kondisi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Yang memerlukan tekhnik aseptik ketat dan revisi lanjut.
2.      Amputasi Tertutup
Dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skait kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5cm di bawah potongan otot dan tulang.
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
o   Amputasi selektif / rencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secra terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
o   Amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
o   Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

  1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan tergantung pada kondisi dasar perlunya amputasi dan digunakan untuk menentukan tingkat yang tepat untuk amputasi.
©      Foto ronsen : mengidentifikasi abnormalitas tulang
©      CT Skan : mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, pembentukan hematoma.
©      Angiografi dan pemeriksaan aliran darah : mengevaluasi perubahan sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan jaringan setelah amputasi.
©      Ultrasound Doppler, flowmetri doppller laser : dilakukan untuk mengkaji dan mengukur aliran darah.
©      Tekanan O2 transkutaneus : memberi peta area perfusi paling besar dan paling kecil dalam keterlibatab ekstremitas.
©      Termografi : mengukur perbedaan suhu pada tungkai iskemik pada dua sisi dari jaringan kutaneus ke tengah tulang. Perbedaan yang rendah antara dua pembacaan, makin besar kesempatan untuk sembuh.
©      Pletismografi : mengukur TD segmental bawah terhadap ekstremitas bawah mengevaluasi aliran darah arterial.
©      LED : peninggian mengindikasikan respon inflamasi
©      Kultur luka : mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab.
©      Biopsi : mengkonfirmasi diagnosa massa benigna/maligna.
©      Hitung darah lengkap/diferensial : peninggian dan ”perpindahan ke kiri” diduga proses infeksi.

  1. PENATALAKSANAAN
ü  Tingkat Amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasar dua faktor : peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional.
Tujuan pembedahan adalah mempertahankan sebanyak mungkin panjang ekstremitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi protesis.
ü  Sisa Tungkai
·      Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi, menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat untuk penggunaan protesis.
·      Balutan Rigid Tertutup. Balutan Rigid Tertutup sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak, mengontrol nyeri, dan mencegah kontraktur.
·      Balutan lunak. Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan inspeksi berkala puntung sesuai kebutuhan. Bidal imobilisasi dapat dibalutkan dengan balutan. Hematoma (luka) puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
·      Amputasi Bertahap. Amputasi bertahap bisa dilakukan bila ada gangren atau infeksi.

  1. KOMPLIKASI
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit. Karena ada pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan; dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traumatika, risiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kulit.
  

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

  1. PENGKAJIAN
  Aktivitas/Istirahat
Gejala : Keterbatasan aktual/antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi/amputasi
  Integritas Ego
Gejala        : Masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi finansial, reaksi orang lain. Perasaan putus asa, tidak berdaya.
Tanda        : Ansietas, ketakutan, peka, marah, ketakutan, menarik diri, keceriaan semu.
  Seksualitas
Gejala        : Masalah tentang keintiman hubungan
  Interaksi sosial
Gejala        : Masalah sehubungan dengan penyakit/kondisi. Masalah tentang peran fungsi, reaksi orang lain

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri b/d amputasi
2.      Resiko tinggi terhadap komplikasi b/d amputasi
3.      Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan jaringan primer
4.      Gangguan mobilisasi b/d amputasi
5.      Gangguan citra diri b/d kehilangan bagian tubuh

  1. RENCANA KEPERAWATAN
  NDX 1
Tindakan :
1.      Catat lokasi dan intensitas nyeri. Selidiki perubahan karakteristik nyeri, contoh kebas, kesemutan.
R/ : Perubahan dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
2.      Tinggikan bagian yang sakit dengan dengan meninggikan kaki tempat tidur.
R/ : Menurunkan kelelahan otot dan tekanan kulit/karingan.
3.      Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan punggung).
R/ : Meningkatkan relaksasi.
4.       
R/ :
5.      Beri analgesik.
R/ : Klien sering bingung membedakan nyeri insisi dengan nyeri panthom.

  NDX 2
Tindakan :
1.      Bantu latihan rentang gerak khusus untuk area yang sakit dan yang tak sakit mulai secara dini.
R/ : Mencegah kontraktur, perubahan bentuk, yang dapat terjadi dengan cepat dan dapat memperlambat penggunaan protesis.
2.      Dorong latihan aktif untuk paha atas dan lengan atas.
R/ : Meningkatakan kekuatan otot untuk pemindahan.
3.      Bantu tekhnik pemindahan dan penggunaan alat mobilitas.
R/ : Membantu perawatan diri dan kemandirian pasien.
4.      Bantu dengan ambulasi.
R/ : Menurunkan potensial untuk cedera.

  NDX 3
1.      Kaji/pertimbangan persiapan pasien dan pandangan terhadap amputasi.
R/ : Pasien yang memandang amputasi sebagai pemotongan hidup atau rekonstruksi akan menerima diri yang baru lebih cepat.
2.      Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negatif, dan kehilangan bagian tubuh.
R/ : Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup tanpa tungkai.
3.      Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi yang biasanya.
R/ : Membantu pemecahan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya.
4.      Dorong partisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
R/ : Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan harga diri.
5.      Berikan kunjungan oleh orang yang telah diamputasi, khusunya seseorang yang berhasil dalam rehabilitasi.
R/ : Dapat membagi pengalaman.

  NDX 4
Tindakan :
1.      Awasi tanda vital. Palpasi nadi perifer, perhatikan kekuatan dan kesamaan.
R/ : Indikator umum status sirkulasi dan keadekuatan perfusi.
2.      Lakukan pengkajian neurovaskuler periodik, contoh sensasi, gerakan, nadi, warna kulit dan suhu.
R/ : Edema jaringan pascaoperasi, pembentukan hematoma atau balutan terlalu ketat dapat mengganggu sirkulasi puntung, mengakibatkan nekrosis jaringan.
3.      Inspeksi alat balutan/drainese, perhatikan jumlah dan karakteristik balutan.
R/ : Kehilangan darah terus-menerus mengindikasikan kebutuhan untuk tambahan             penggatian cairan dan evaluasi untuk gangguan koagulasi.
4.      Berikan antikoagulan dosis rendah sesuai indikasi.
R/ : Berguna dalam mencegah pembentukan trombus.

  NDX 5
Tindakan :
1.      Awasi tanda vital.
R/ : Peningkatan suhu dapat menunjukkan terjadinya sepsis.
2.      Pertahankan tekhnik antiseptik bila mengganti balutan/merawat luka.
R/ : Meminimalkan kesempatan introduksi mikroorganisme.
3.      Inspeksi balutan dan luka, pethatikan karakteristik drainase.
R/ : Deteksi dini terjadinya infeksi dan mencegah komplikasi lebih serius .
4.      Tutup balutan dengan plastik bila menggunakan pispot.
R/ : Mencegah kontaminasi pada tungkai bawah.
5.      Berikan antibiotik sesuai indikasi.
R/ : Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaksis 



Komentar dengan akun facebook

link

SEO Stats powered by MyPagerank.Net
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net

 
Design by Alamsyah Aris | Bloggerized by Alamsyah design | Maros Indonesia