Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal.
Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu, pemulihan jaringan ialah regenerasi jaringan pulih seperti semula baik struktur maupun fungsinya dan repair ialah pemulihan atau penggantian oleh jaringan ikat (Mawardi-Hasan,2002).
Penyembuhan luka dapat terjadi secara:
- Per Primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah      segera diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.
- Per Sekundem yaitu luka yang tidak      mengalami penyembuhan per primam. Proses penyembuhan terjadi lebih      kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. Biasanya      dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan,      terkontaminasi/terinfeksi. Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan      pembentukan jaringan granulasi.
- Per Tertiam atau Per Primam tertunda yaitu      luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan      debridemen setelah diyakini bersih, tetapi luka dipertautkan (4-7 hari).
Proses penyembuhan luka yang terjadi adalah sebagai berikut:
 
- Fase Inflamasi;  Berlangsung sampai hari ke-5. Akibat luka terjadi      pendarahan, tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi,      pengerutan ujung pembuluh yang terputus (retraksi) dan reaksi hemostasis.      Hemostasis terjadi karena keluarnya trombosit, trombosit mengeluarkan      prostaglandin, tromboksan, bahan kimia tertentu dan asam amino tertentu      yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh darah      dan kemotaksis terhadap leukosit.  Sel radang keluar dari pembuluh      darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara kemotaksis. Sel Mast      mengeluarkan serotinin dan histamin yang meningkatkan permiabilitas      kapiler, terjadi eksudasi cairan oedema. Dengan demikian akan timbul      tanda-tanda radang. Leukosit, limfosit dan monosit menghancurkan dan      memakan kotoran dan kuman. Pertautan pada fase ini hanya oleh fibrin,      belum ada kekuatan pertautan luka sehingga disebut fase tertinggal (lag      phase). Berat ringannya reaksi radang ini dipengaruhi juga oleh adanya      benda-benda asing dari luar tubuh, misalnya: benang jahit, infeksi kuman      dll. Tidak adanya serum maupun pus/nanah menunjukkan reaksi radang yang      terjadi bukan karena infeksi kuman tetapi karena proses penyembuhan luka.
- Fase Proliferasi atau Fibroplasi:  Berlangsung dari akhir masa inflamasi sampai kira-kira      minggu ke-3. Pada fase ini terjadi proliferasi dari fibroblast yang      menghasilkan mukopolisakarida, asamaminoglisin dan prolin yang akan      mempertautkan tepi luka. Pada fase ini terbentuk jaringan granulasi.      Pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka      tertutup epitel dan mulailah proses pendewasaan penyembuhan luka,      pengaturan kembali dan penyerapan yang berlebih.
- Fase Remodelling/Fase Resorbsi/Fase penyudahan:  Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri      dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan      gaya gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk.      Fase ini berakhir bila tanda radang sudah hilang.
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa luka dapat sembuh secara alami tanpa pertolongan dari luar, tetapi cari alami ini memakan waktu cukup lama dan meninggalkan luka parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya menganga lebar.
 
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
- Koagulasi;  Adanya      kelainan pembekuan darah (koagulasi) akan menghambat penyembuhan luka      sebab hemostasis merupakan tolak dan dasar fase inflamasi.
- Gangguan sistem Imun (infeksi,virus);  Gangguan sistem imun akan menghambat dan      mengubah reaksi tubuh terhadap luka, kematian jaringan dan      kontaminasi. Bila sistem daya tahan tubuh, baik seluler maupun humoral      terganggu, maka pembersihan kontaminasi dan jaringan mati serta penahanan      infeksi tidak berjalan baik.
- Gizi (kelaparan, malabsorbsi), Gizi kurang juga:  mempengaruhi sistem imun.
- Penyakit Kronis;  Penyakit kronis seperti TBC, Diabetes, juga      mempengaruhi sistem imun.
- Keganasan;  Keganasan tahap lanjut dapat      menyebabkan gangguan sistem imun yang akan mengganggu penyembuhan luka.
- Obat-obatan;  Pemberian      sitostatika, obat penekan reaksi imun, kortikosteroid dan sitotoksik      mempengaruhi penyembuhan luka dengan menekan pembelahan fibroblast dan      sintesis kolagen.
- Teknik Penjahitan;  Tehnik penjahitan luka yang tidak dilakukan lapisan demi lapisan akan      mengganggu penyembuhan luka.
- Kebersihan diri/Personal Hygiene;  Kebersihan diri seseorang akan mempengaruhi proses      penyembuhan luka, karena kuman setiap saat dapat masuk melalui luka bila      kebersihan diri kurang.
- Vaskularisasi baik proses penyembuhan berlangsung;       cepat, sementara daerah yang      memiliki vaskularisasi kurang baik proses penyembuhan membutuhkan waktu      lama.
- Pergerakan, daerah yang relatif sering bergerak; penyembuhan terjadi lebih lama.
- Ketegangan tepi luka,      pada daerah yang tight (tegang) penyembuhan lebih lama dibandingkan      dengan daerah yang loose.



 
 
 09.04
09.04
 Alamsyah Aris
Alamsyah Aris

 Posted in:
 Posted in:   
 
 
 
 
 
 
