A. latarbelakang
Infeksi Saluran Napas Bawah yang di dalamnya termasuk pneumonia dan influenza masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang maupun maju. Berdasarkan hash Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 200 penyakit saluran napas bawah merupakan penyakit penyebab kematian kedua di Indonesia. Menurut data SEAMIC Health Statistic tahun 2001, influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor enam di Indonesia, nomor sembilan di Brunei, nomor tujuh di Malaysia, nomor tiga di Singapura dan Vietnam. Laporan WHO tahun 1999 .menyebutkan, penyebab kematian akibat infeksi adalah infeksi Saluran nafas akut termasuk influenza dan pneumonia.
Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit). Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang berupa aveoli (kantung udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai tempat pertukaran gas (terutama oksigen) akan terganggu. Kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan balk, proses peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti, selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi pleura atau empiema), jaringan paru bernanah (abses paru), jaringan paru kempis (pneumotoraks) dan lain-lain. Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran infeksi melalui darah (sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian. Terhirupnya udara yang telah terkontaminasi mikroorganisme yang berasal dari batuk seorang penderita pneumonia merupakan salah satu bentuk penularan penyakit ini. Ketidaksterilan alat medis saat tindakan medis terutama di daerah paru juga dapat mengakibatkan pneumonia. Faktor-faktor risiko terkena pneumonia, antara lain, Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, dan penyakit kronik menahun.
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
Setelah mengetahui gejala klinis dan kelainan fisis melalui pemeriksaan fisis yang dilakukan dokter, Ahli paru-paru, Prof. Dr. Nirwan Arief, Sp. P (K) menjelaskan masih diperlukan pemeriksaan penunjang, seperti rontgen dan laboratorium. Hal ini perlu dilakukan untuk memperkuat diagnosis apakah seseorang mengidap pneumonia atau tidak. Kelainan yang tampak pada foto rontgen penderita pneumonia dapat berupa bercak putih setempat atau tersebar di seluruh paru, ataupun gambaran lainnya bila terdapat komplikasi pneumonia. Gambaran foto rontgen itu kadang dapat dibedakan dengan penderita Tuberkolosis (TB) yaitu gambaran bercak putih di bagian atas paru. Pemeriksaan penunjang lain adalah pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan hitting sel darah tepi, pemeriksaan terhadap kuman (mikrobiologi), ataupun pemeriksaan lainnya. Pada penderita pneumonia, jumlah leukosit (sel darah putih) dapat melebihi batas normal (10.0001µL). Ahli paru yang juga sebagai staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menjelaskan perlu dilakukan pengambilan sputum/dahak guna dibiakan sehingga mengetahui mikroorganisme penyebab pneumonia, dan obat apa saja yang tepat untuk mikroorganisme tersebut. Pengambilan sputum dilakukan dengan cara dibatukkan ataupun didahului proses perangsangan (induksi) untuk mengeluarkan dahak dengan menghirup NaCL 3 persen. Selain itu dahak dapat diperoleh dengan menggunakan alat tertentu (misalnya, protective brush, semacam sikat untuk mengambil sputum pada saluran nafas bawah), Lanjut Prof Nirwan, sputum yang telah diambil dimasukkan dalam botal steril dan ditutup rapat. Dahak itu segera (tidak botch lebih dari empat jam) dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan.
Pengobatan pneumonia adalah dengan memberikan antibiotik secara empiris, (data pola kuman yang telah ada di daerah atau rumah-sakit tertentu, dan data sensitiviti obat antibiotika yang ada), ataupun berdasarkan data mikroorganisme yang didapat dari hasil pemeriksaan dahak penderita tersebut.
B. Rumusan Masalah.
Adapun Rumusan masalah adalah sebagai berikut;
1. Apa defenisi dari bronchopneumonia ?
2. Apa etiologi dari bronchopneumonia ?
3. Bagaimana pathofisiologi dari bronchopneumonia ?
4. Bagaimana penetalaksanaan broncopneumoni ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan bronchopneumoni ?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui secara garis besar tentang penyakit broncopneumani
mulai dari defenisi, penyebab, sampai dengan asuhan keperawatan.
2. Tujuan khusus.
1. Untuk mengetahui defenisi dari bronchopneumonia.
2. Untuk mengetahui etiologi dari bronchopneumonia.
3. Untuk mengetahui pathofisiologi dari bronchopneumonia.
4. Untuk mengetahui penetalaksanaan broncopneumoni.
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan bronchopneumonia.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Broncho Pneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru dimana peradangan tidak hanya pada jaringan paru tetapi juga pada Broncho.
Pneumonia adalah penyakit umum, yang terjadi di seluruh kelompok umur, dan merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orang tua dan orang yang sakit secara kronik. Vaksin untuk mencegah beberapa jenis pneumonia tersedia. Prognosis untuk individu tergantung dari jenis pneumonia, perawatan yang cocok, komplikasi lainnya, dan kesehatan orang tersebut.
B. Etiologi
Broncho Pneumonia merupakan suatu peradangan pada paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing
C. Pathofisiologi
D. Manifestasi Klinik
- Biasanya gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang diduhului dengan infeksi saluran pernapasan bagian atas
- Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernafasan agak cepat dan dangkal (bahkan pernapasan sampai dihidung)
- Dalam waktu tingkat suhu naik dengan cepat sampai 39°C - 40°C sehingga kadang terjadi kijang
- Klien merasa nyeri/sakit di daerah dada sewaktu batuk, bernafas, rasa sakit ini akibat gesekan pleura yang meradang
- Batuk disertai sputum yang kental
- Nafsu makan menurun
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiserya, otitis media akut
F. Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi karena hal itu perlu waktu dan klien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan :
- Penicillin 80.000 ui / kg BB / hari. Ditambah dengan klora fenikol 50-70 mg / kg BB / hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicillin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari
- Pemberian oksigen dan cairan intravena : glukosa 5 % dan Nacl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan Kel 10 meg / 500 m) / botol infus
G. Test Diagnostik
1. Sinar X
Mengidentifikasi distribusi struktur (misalnya : lobar, bronchial) : dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema : infiltrat menyebabkan atau terlokasasi (bakteri) : atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus)
2. GDA / Nadi aksimetri
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jamur, aspirasi transtrakeal, bronkokopikiberop-tik atau biopsi pembukaan paru-paru mengatasi organisme penyebab.
4. LDL (Laboratorium Darah Leukosit)
Leukositasnya biasanya ada, meskipun sel darah putin terjadi pada infeksi virus
5. Pemeriksaan LED
Pada pemeriksaan LED meningkat
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Identitas klien
B. Keluhan Utama;
Batuk berlendir disertai sesak nafas.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. SEKARANG.
Gejala ini (batuk dan sesak) dirasakan klien sejak masuk RS sampai saat ini. Pada saat dikaji klien mengatakan badannya terasa dingin namun suhunya tinggi 37,5°C. Selama klien berada di RS klien hanya banyak berdiam diri di tempat tidur keluhan yang paling dirasakan klien saat ini yaitu panas dingin disertai batuk.
2. MASA LALU
a. Klien pernah dirawat di RS dengan keluhan yang sama, pengobatan kurang sempurna .
b. Klien tidak pernah di operasi.
c. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan dan debu dll.
d. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan.
e. Tidak ada keluarga klien yang pernah menderita penyakit yang sama dengan klien.
II. PENGOLAHAN DATA
A. KLASIFIKASI DATA
Data Subyektif | | Data Obyektif |
- Klien mengeluh batuk berlendir | - | Klien batuk berlendir |
- Klien mengeluh sesak nafas | - | Klien campak sesak nafas |
- Klien mengatakan nafsu makannya | - | Klien nampak lemah |
Berkurang | - | Tedapat secret pada hidung / Jalan nafas |
- Klien mengatakan badan teras lemah | - | Terdengar bunyi ronchi |
- Klien mengatakan tidak dapat | - | Bibir kering |
melakukan kegiatan sendiri | - | Tanda-tanda vital |
| | TD :110/60 mmHg N : 76 x / menit S :37°C |
| | P : 28 x / menit |
- Badan klien terlihat kurus - Tampak bekas operasi |
B. ANALISA DATA.
No. | Data | Etiologi | Masalah |
1 | 2 | 3 | 4 |
1. | DS : - Klien mengeluh batuk berlendir - Klien mengeluh sesak nafas DO : - Klien batuk berlendir - Klien nampuk sesak nafas - Terdengar bunyi ronchi - Tanda-tanda vital TD :110/60 mmHg N : 76x/menit S : 370C P : 28 x/menit | Bakteri neumonia ↓ Masuk kedalam traktus respiratory ↓ Peradangan ↓ Secret eksudat meningkat ↓ Obat pronchus tidak mampu mendorong keluar ↓ Penurunan kerja silia ↓ Akumulasi secret dijalan nafas ↓ Bersihan jalan nafas tidak efektif | Pembersihan jalan nafas tidak efektif |
2. | DS : - Klien mengatakan nafsu makan menurun - Klien mengatakan badan terasa lemah DO : - Porsi makan tidak dihabiskan - Klien nampak lemah - Bibir kering | Metabolisme tubuh meningkat ↓ Menekan pusat lapar ↓ Nafsu makan menurun ↓ Intake nutrisi menurun ↓ Nutrisi kurang dari kebutuhan | Nutrisi kurang dari kebutuhan |
3. | DS : - Klien mengatakan badan terasa lemah - Klien mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan sendiri DO : - Klien nampak lemah - Klien lebih banyak ditempat tidur | Metabolisme menurun ↓ Kelemahan ↓ Intoleransi activity | Intoleransi activity |
IV. DIAGNOSA, INTERVENSI DAN RASIONAL KEPERAWATAN
A. DIAGNOSA KPERAWATAN
Ø Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Secret eksudat meningkat
Ø Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intake nutrisi
menurun
Ø Intoleransi activity berhubungan dengan Metabolisme menurun.
B. INTERVENSI DAN RASIONAL KPERERAWATAN.
Ø NDX 1: Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d akumulasi sekret dijalan nafas
Intervensi :
1. Kaji frekuensi ke dalam nafas/pernafasan, gerakan dada
R/:Tachipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada
2. Auskultusi daerah paru, catat area penurunan dan bunyi nafas
R/ :Bunyi nafas bronchial dapat terjadi pada area konsodidasi trales
3. Berikan cairan hangat sedikitnya 250 cc / hari (sesuai kebutuhan klien)
R/ :Cairan hangat dapat mettzobilisasi dan mengeluarkan sekret
4. Berikan obat sesuai indikasi
R/:Obat untuk menurunkan spasme bronchi dengan mobilisasi sekret, analgesik d1berikan untuk memperbaiki batuk dan menurunkan ketidak nyamanan.
ØNDX 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intake nutrisi menurun
Intervensi
- kaji nafsu makan klien.
R/ indikator terhadap pemenuhan nutrisi
- timbang berat badan setiap hari
R/ menilai pemasukan makanan
- libatkan keluarga klien dalam perencanan makanan sesuai dengan indikasi.
R/ membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang
adekuat.
- anjurkan makan sedikit tapi sering dengan porsi hangat.
R/ meminimalkan anoreksia, mual dan muntah.
N DX 3: Gangguan perfukaran gas berhubungan dengan akumulasi sukret dijalan nafas
Intervensi :
- Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan
R/ : Manifestasi dari distress pernafasan
- Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis periferdan central
R/ : Syanosis kuku menjukkan vasokonstriksi / respon tubuh terhadap demam / menggigil
- Kaji status mental
R/ : Gelisah, mudah terangsang, bingung dan sammolentia yang dapat menunjukkan hipoksemia / penurunan oksigenasis sistemik
- Observasi suhu tubuh sesuai indikasi
R/ : Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik
- Berikan tempi O2 dengan benar, misalnya dengan nasal preg masker
R/ : Mempertahankan Po 02 diatas 60 mm Hg.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah tentang broncho pneumonia kami dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
3. Broncho pneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru dimana peradangan tidak hanya pada jaringan paru tetapi juga pada Broncho
4. Berdasarkan bakteri penyebab:
a. Pneumonia bakteri/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia.
b. Pneumonia virus.
c. Pneumonia jamur, Bering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
5. Berdasarkan predileksi infeksi:
a. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dare potion bronkus) baik kanan maupun kiri.
b. Pneumonia bronco pneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun lore yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.
c. Pneumonia interstisial. .
B. Saran
Mohon dosen dapat menjelaskan lebih mendetail lagi tentang makalah yang kami susun, Karen merasa belum sempurna karena kami masih dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul "ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN BRONCHO PNEUMONIA”. Makalah ini merupakan sarana pendidikan dalam mengembangkan potensi diri bagi mahasiswa. Selain itu penyusun mengharapkan agar makalah ini dapat meningkatkan kemampuan pembaca dalam memahami suatu penyakit sebagai suatu landasan dalam pengembangan propesi keperawatan, serta memiliki kemampuan pikir untuk meningkatkan profesionalisme perawat. Makalah ini juga merupakan sarana dalam membangkitkan motivasi membaca mahasiswa untuk menambah wawasan di bidang keperawatan, karena salah satu indikator bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki tingkat kegemaran baca yang tinggi.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tentu masih jauh dari harapan pembaca, serta masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya konstruktif. Tak lupa pula penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini, terutama para pengajar kami.
Mudah-mudahan makalah ini dapat menambah wawasan kita di bidang keperawatan dan dapat memotivasi kita untuk terus menggali potensi diri demi kemajuan bersama amin...
Makassar, Juni 2007
Penulis
Tugas : Kosep Dasar Keperawatan
Dosen : Suradi Efendi S.Kep.Ns.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
BRONCHO PNEUMONIA
DISUSUN OLEH :
KEPERAWATAN
STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2007