I. KONSEP MEDIS
    A.  Pengertian
-Menurut ( Suryono, Bambang ) Infark Miokard Akut adalah kematian jaringan miokard akibat oklusi akut pembuluh darah koroner.
   -Menurut ( Corwin.E. ) Infark Miokard Akut adalah kematian sel-sel mikardium yang terjadi akibat kekurangan oksigen.Oksigen berkepanjaangan.
   -Menurut(Arif,mansioer) Infark Miokard Akut adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jaantung.
   -Menurut(Purwadianto,Agus dan Sampurna,Budi dkk) Infark Miokard Akut adalah nekrosis sebagian otot jantung akibat berkurangnya suplai darah kebagian otot tersebut karena oklusi atau trombosis arteria koronaria, dapat juga akibat keadaan syok atau anemia akut.
 Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud INFARK MIOKARD AKUT  (IMA) adalah suatu keadaan kematian jaringan pada otot jantung yang diakibatkan oleh karena berkurangnya suplai oksigen ke jaringan tersebut.
B.  ETIOLOGI
           Pada Infark Miokard Akut dapat di kemukakan beberapa penyebab yang dapat        menimbulkan keadaan tersebut antar lain:
·         Atherosklerosis arteri koroner.
·         Spasme arteri koroner.
·         Stenoris aorta / aorta inufisiensi.
C.  MANIFESTASI  KLINIS
Walaupun sebagian individu tidak memperlihatkan tanda-tanda jelas Infark Miokard, biasanya timbul manifestasi kllimais antara lain:
·         Nyeri dada mendadak.
·         Mual dan muntah.
·         Perasaan lemas.
·         Kulit dingin dan pucat.
·         Penurunan pengeluaran urine.
·         Takitardia akibat peningkatan.
·         Stimulasi simpatis jantung.
·         Cemas.
·         Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya ke kiri), bahu, leher, rahang, bahkan ke punggungg dan epigastrium.
·         Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris biasa dan tidak responsive terhadap nitrogliserin.
D. PATOFISIOLOGI
            INFARK MIOKARD adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respons letal terakhir terhadap iskemia miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini, kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara aerobis lenyap, dan sel tidak dapat memenuhi kebutuhan energinya.
            Tanpa ATP, pompa natrium-kalium berhenti dan sel terisi ion natrium dan air yang akhirnya menyebabkan sel pecah ( lisis ). Dengan lisis, sel mencederai sel-sel disekitarnya. Protein-protein introsel, yang mencederai sel-sel disekitarnya mulai mendapat askes kesirkulasi sistemim dan ruang intersfitium dan ikut menyebabkan edema dan pembengkakan intersfitium disekitar sel miokardia. Akibat kematian sel, tercetus reaksi peradangan. Di tempat peradangan, terjadi penimbunan trombosit dan pelepasan factor-faktor pembekuan.
            efek Infark Miokard pada depolarisasi jantung. Dengan dilepaskannya berbagai enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat, jalur-jalur hantaran listrik jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan hambatan depolarisasi atrium atau ventrikel atau timbulnya suatu distrimia.
            Efek Infark Miokard pada kontraktilitas jantung dan tekanan darah. Dengan matinya sel-sel otot, dan karena pola listrik jantung berubah, maka pemompaan jantung menjadi kurang terkordinasi sehingga kontraktilitasnya menurun. Volume sekuncup menurun sehingga terjadi penurunan tekanan darah sistemik walaupun sebagian individu tidak memperlihatkan tanda-tanda jelas infark miokard, biasanya pasien yang terkena IMA akan merasakan nyeri dengan awihan yang mendadak, timbulnya mual yang berkaitan dengan nyeri yang hebat perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot-otot rangka.
            Kulit yang dingin dan pucat akibat vasokonstriksi sipatis, pengeluaran urine berkurang karena penurunan aliran darah ginjal serta peningkatan aldosteron dan ADH, takikardi akibat dari peningkatan stimulasi simpatis jantung, serta keadaan mental berupa rasa cemas disertai perasaan mendekati kematian.
2. KONSEP ASKEP
PENGKAJIAN
-BJ ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau komplian ventrikel
Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna kulit/kelembaban, kesadaran.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
| INTERVENSI   KEPERAWATAN | RASIONAL | 
| 1. Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, intensitas,   durasi), catat setiap respon verbal/non verbal, perubahan hemo-dinamik 2. Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian   yang tulus kepada klien. 3. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan,   distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi) 4. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: - Antiangina seperti   nitogliserin (Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur) - Beta-Bloker seperti atenolol (Tenormin), pindolol (Visken),   propanolol (Inderal) - Analgetik seperti morfin, meperidin (Demerol) - Penyekat saluran kalsium seperti verapamil (Calan), diltiazem   (Prokardia). | Nyeri adalah   pengalaman subyektif yang tampil dalam variasi respon verbal non verbal yang   juga bersifat individual sehingga perlu digambarkan secara rinci untuk   menetukan intervensi yang tepat. Menurunkan rangsang   eksternal yang dapat memperburuk keadaan nyeri yang terjadi. Membantu menurunkan   persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh terhadap   nyeri. Nitrat mengontrol   nyeri melalui efek vasodilatasi koroner yang meningkatkan sirkulasi koroner   dan perfusi miokard. Agen yang dapat   mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatis.(Kontra-indikasi:   kontraksi miokard yang buruk) Morfin atau narkotik   lain dapat dipakai untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut atau nyeri   berulang yang tak dapat dihilangkan dengan nitrogliserin. Bekerja melalui efek   vasodilatasi yang dapat meningkatkan sirkulasi koroner dan kolateral,   menurunkan preload dan kebu-tuhan oksigen miokard. Beberapa di antaranya   bekerja sebagai antiaritmia. | 
| INTERVENSI   KEPERAWATAN | RASIONAL | 
| Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan   sesudah aktivitas sesuai indikasi. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan   abdominal. Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis klien. Bantu aktivitas   sesuai dengan keadaan klien dan jelaskan pola peningkatan aktivitas bertahap. Kolaborasi pelaksanaan program rehabilitasi pasca serangan   IMA. | Menentukan respon klien terhadap aktivitas. Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi. Manuver Valsava seperti menahan napas, menunduk, batuk keras dan mengedan   dapat mengakibatkan bradikardia, penurunan curah jantung yang kemudian   disusul dengan takikardia dan peningkatan tekanan darah.  Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan klien tetapi   kunjungan orang penting dalam suasana tenang bersifat terapeutik. Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai dengan kemampuan kerja jantung. Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam proses penyembuhan klien. | 
| INTERVENSI   KEPERAWATAN | RASIONAL | 
| 1. Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan   kecemasan klien. 2. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah,   cemas/takut terhadap situasi krisis yang dialaminya. 3. Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur   rutin dan aktivitas yang diharapkan. 4. Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti cemas/sedativa   sesuai indikasi (Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-mane, Lorazepam/Ativan). | Klien mungkin tidak   menunjukkan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari   perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya kegelisahan,   kemarahan, penolakan dan sebagainya. Respon klien terhadap   situasi IMA bervariasi, dapat berupa cemas/takut terhadap ancaman kematian,   cemas terhadap ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan peran sosial dan   sebagainya. Informasi yang tepat tentang   situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap   lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi   yang terjadi. Meningkatkan   relaksasi dan menurunkan kecemasan. | 
| INTERVENSI   KEPERAWATAN | RASIONAL | 
| 1. Pantau TD, HR dan DN, periksa dalam keadaan baring,   duduk dan berdiri (bila memungkinkan) 2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur. 3. Auskultasi bunyi napas. 4. Berikan   makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah. 5. Kolaborasi   pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien 6. Pertahankan   patensi IV-lines/heparin-lok sesuai indikasi. 7. Bantu   pemasangan/pertahankan paten-si pacu jantung bila digunakan.  | Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel,   hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak   terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan katekolamin   dan atau masalah vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik berhubungan dengan   komplikasi GJK. Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh denyut nadi yang   lemah dan HR yang meningkat.  S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi mitral, peningkatan kerja   ventrikel kiri yang disertai infark yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan   iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur menunjukkan   gangguan aliran darah normal dalam jantung seperti pada kelainan katup,   kerusakan septum atau vibrasi otot papilar. Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan   fungsi miokard. Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan kerja miokard dan memicu   rangsang vagal yang mengakibatkan terjadinya bradikardia.  Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan menurunkan   iskemia. Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat darurat bila terjadi   disritmia atau nyeri dada berulang. Pacu jantung mungkin merupakan tindakan dukungan sementara selama fase   akut atau mungkin diperlukan secara permanen pada infark luas/kerusakan   sistem konduksi. | 
| INTERVENSI   KEPERAWATAN | RASIONAL | 
| 1. Pantau perubahan kesadaran/keadaan mental yang tiba-tiba   seperti bingung, letargi, gelisah, syok. 2. Pantau tanda-tanda sianosis, kulit dingin/lembab dan   catat kekuatan nadi perifer. 3. Pantau fungsi   pernapasan (frekuensi, kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi napas) 4. Pantau fungsi gastrointestinal (anorksia, penurunan   bising usus, mual-muntah, distensi abdomen dan konstipasi) 5. Pantau asupan caiaran dan haluaran urine, catat berat   jenis. 6. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (gas darah, BUN,   kretinin, elektrolit) 7. Kolaborasi   pemberian agen terapeutik yang diperlukan: - Hepari /   Natrium Warfarin (Couma-din) - Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac), Antasida. - Trombolitik (t-PA, Streptokinase) | Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh curah jantung di samping kadar   elektrolit dan variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik. Penurunan curah jantung menyebabkan vasokonstriksi sistemik yang   dibuktikan oleh penurunan perfusi perifer (kulit) dan penurunan denyut nadi. Kegagalan pompa jantung dapat menimbulkan distres pernapasan. Di samping   itu dispnea tiba-tiba atau berlanjut menunjukkan komplokasi tromboemboli   paru. Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat menimbulkan disfungsi   gastrointestinal Asupan cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan volume sirkulasi yang   berdampak negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ   urine merupakan indikator status hidrsi dan fungsi ginjal. Penting sebagai indikator perfusi/fungsi organ. Heparin dosis rendah mungkin diberikan mungkin diberikan secara   profilaksis pada klien yang berisiko tinggi seperti fibrilasi atrial,   kegemukan, anerisma ventrikel atau riwayat tromboplebitis. Coumadin merupakan   antikoagulan jangka panjang. Menurunkan/menetralkan asam lambung, mencegah ketidaknyamanan akibat   iritasi gaster khususnya karena adanya penurunan sirkulasi mukosa. Pada infark luas atau IM baru, trombolitik merupakan pilihan utama (dalam   6 jam pertama serangan IMA) untuk memecahkan bekuan dan memperbaiki perfusi   miokard. | 
| INTERVENSI   KEPERAWATAN | RASIONAL | 
| 1. Auskultasi bunyi napas terhadap adanya krekels. 2. Pantau   adanya DVJ dan edema anasarka 3. Hitung   keseimbangan cairan dan timbang berat badan setiap hari bila tidak   kontraindikasi. 4. Pertahankan asupan cairan total 2000 ml/24 jam dalam   batas toleransi kardiovaskuler. 5. Kolaborasi   pemberian diet rendah natrium. 6. Kolaborasi   pemberian diuretik sesuia indikasi (Furosemid/Lasix, Hidralazin/ Apresoline,   Spironlakton/ Hidronolak-ton/Aldactone) 7. Pantau kadar   kalium sesuai indikasi. | Indikasi terjadinya edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung. Dicurigai adanya GJK atau kelebihan volume cairan (overhidrasi) Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi   natrium/air dan penurunan haluaran urine. Keseimbangan cairan positif yang   ditunjang gejala lain (peningkatan BB yang tiba-tiba) menunjukkan kelebihan   volume cairan/gagal jantung.  Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi tetap disesuaikan   dengan adanya dekompensasi jantung. Natrium mengakibatkan retensi cairan sehingga harus dibatasi. Diuretik mungkin diperlukan untuk mengoreksi kelebihan volume cairan. Hipokalemia dapat terjadi pada terapi diuretik yang juga meningkatkan   pengeluaran kalium. | 
| INTERVENSI   KEPERAWATAN | RASIONAL | 
| 1. Kaji tingkat   pengetahuan klien/orang terdekat dan kemampuan/kesiapan belajar klien. 2. Berikan   informasi dalam berbagai variasi proses pembelajaran. (Tanya jawab, leaflet   instruksi ringkas, aktivitas kelompok) 3. Berikan   penekanan penjelasan tentang faktor risiko, pembatasan diet/aktivitas, obat   dan gejala yang memerlukan perhatian cepat/darurat. 4. Peringatkan   untuk menghindari aktivitas isometrik, manuver Valsava dan aktivitas yang   memerlukan tangan diposisikan di atas kepala. 5. Jelaskan   program peningkatan aktivitas bertahap (Contoh: duduk, berdiri, jalan, kerja   ringan, kerja sedang)  | Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental   klien. Meningkatkan penyerapan materi pembelajaran. Memberikan informasi terlalu luas tidak lebih bermanfaat daripada   penjelasan ringkas dengan penekanan pada hal-hal penting yang signifikan bagi   kesehatan klien. Aktivitas ini sangat meningkatkan beban kerja miokard dan meningkatkan   kebutuhan oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas yang dapat memicu   serangan ulang. Meningkatkan aktivitas secara bertahap meningkatkan kekuatan dan mencegah   aktivitas yang berlebihan. Di samping itu juga dapat meningkatkan sirkulasi   kolateral dan memungkinkan kembalinya pola hiduP | 
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
   IMA merupakan  penyakit jantung karena adanya kematian pada jaringan akibat okulasi akut pembuluh darah koroner.
Umumnya IMA didasari oleh adanya ateroskeloris pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis ringan (50-60%).
B. KRITIK dan SARAN
          Segala kritikan dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan denagn tangan terbuka demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dalam mengembangan ilmu keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mansjoer. 1999. Kapita selepta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI 
Corwin, J Elizabet. 2000. Patofisiologi. Jakarta FKUI 
Doenges, ME. 1999. Rencana Asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC



 
 
 19.37
19.37
 Alamsyah Aris
Alamsyah Aris
 Posted in:
 Posted in:   
 
 
 
 
 
 
