Tekno Solution

Tekno Solution

Rabu, 01 Juni 2011

askep meningitis


BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Diantaranya adalah meningitis purulenta yang juga merupakan penyakit infeksi perlu perhatian kita.
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater, arakhnoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Sedang yang dimaksud meningitis purulenta adalah infeksi akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan reaksi purulen pada cairan otak. Penyakit ini lebih sering didapatkan pada anak daripada orang dewasa.
Disamping angka kematiannya yang masih tinggi. Banyak penderita yang menjadi cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Meningitis purulenta merupakan keadaan gawat darurat. Pemberian antibiotika yang cepat dan tepat serta dengan dosis yang memadai penting untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah terjadinya cacat.
Biarpun kuman mikrobakterium tuberkulosa paling sering menyebabkan infeksi paru-paru, tetapi infeksi pada susunan saraf pusat adalah yang paling berbahaya. Kekerapan meningitis tuberkulosa sebanding dengan prevalensi infeksi dengan mikrobakterium tuberkulosa pada umumnya, jadi bergantung pada keadaan sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat.
Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur, tetapi jarang dibawah 6 bulan. Yang tersering adalah pada anak-anak umur 6 bulan sampai 5 tahun.
Pada anak, meningitis tuberkulosa biasanya merupakan komplikasi infeksi primer dengan atau tanpa penyebaran milier. Pada orang dewasa penyakit ini dapat merupakan bentuk tersendiri atau bersamaan dengan tuberkulosis ditempat lain. Penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian dan cacat bila pengobatan terlambat.
Dalam bukunya Brunner & Sudart, Meningitis selanjutnya diklasifikasikan sebagai asepsis, sepsis dan tuberkulosa. Meningitis aseptik mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis limfoma, leukemia, atau darah diruang subarakhnoid. Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza. Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.
Infeksi meningeal umunya dihubungkan dengan satu atau dua jalan, melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau penekanan langsung seperti didapat setelah cedera traumatik tulang wajah. Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus merupakan iatrogenik atau hasil sekunder prosedur invasif (seperti fungsi lumbal) atau alat-alat infasif (seperti alat pantau TIK).

 





BAB II
PEMBAHASAN
“MENINGITIS”

A. PENGERTIAN
- Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur (Brunner & Suddath. 2002. hal. 2175).
- Meningitis adalah suatu infeksi atau peradangan dari meningens dan jaringan saraf dalam tulang punggung disebabkan oleh bakteri, Virus, riketsia atau protozoa, yang terjadi secara akut dan kronis (Harsono 2003).

B. ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab dari meningitis sebagian besar disebabkan oleh bakteri, dan selebihnya disebabkan oleh virus, parasit serta jamur. Dari hasil laporan kasus, bakteri penyebab meningitis terbanyak disebabkan oleh: Hemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis.
Adapun klasifikasi dari meningitis menurut Brunner & Suddath. 2002 yaitu: asepsis, sepsis dan tuberkulosa.
- Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitits virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia, atau darah diruang sub arachnoid.
- Meningitis sepsis menunjukan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza.
- Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basillus tuberkel.
Sedangkan menurut Ronny Yoes meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu Meningitis Serosa/ Tuberkulosa dan Meningitis Purulenta.
- Meningitis Serosa/Tuberkulosa adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Myobakterium Tuberculosa. Penyebab lain seperti Virus, Toxoplasma gondhi, Ricketsia.
- Meningitis Purulenta adalah radang bernanah arachnoid dan piamater yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebanya antara lain: diplococus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Streptococcus haemolytiicus, Staphylococcus aureus,haemophilus influenzae, esherchia coli, klebsiella pneumoniae, pseudomonas aeruginosa

Penyebab meningitis pada beberapa golongan umur:
1. neonatus : Escheria colli
  Streptokokus beta hemolitikus
  Listeria monositogenes.
2. anak dibawah 4 thn : Hemofilus influenza
  Meningokokus
  Pneumokokus
3. anak diatas 4 thn & org dewasa: Meningokokus
  Pneumokokus

Beberapa keadaan yang merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya meningitis, yaitu mencakup : Infeksi jalan napas bagian atas, Otitis media, mastoiditis, Anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, Prosedur bedah saraf baru, trauma kepala, dan pengaruh immunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyongkong perkembangan bakteri.

C. PATOGENESIS
Kuman dapat mencapai selaput otak dan subaraknoidea melalui:
1. Luka terbuka dikepala.
2. Penyebaran langsung dari proses infeksi ditelinga tengah dan sinus paranasalis.
3. Pembuluh darah pada keadaan sepsis.
4. Penyebaran dari abses ekstradural, abses subdural dan abses otak.
5. Lamina kribosa osis etmoidalis pada keadaan rinorea.
6. Penyebaran dari radang paru.
7. Penyebarn dari infeksi kulit.

D. PATOFISIOLOGI

Organisme (Bakteri, Virus, Jamur dll)

Saluran pernapasan, saluran yang menghubung ke otak.

Melalui aliran darah (Hematogen) menyebar ke bagian meningen

Menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan penurunan aliran darah serebral

Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis, dan hipoperfusi.

Meningitis

E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Brunner & Suddath. 2002. Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan tekanan intra cranial. Berupa :
• Sakit kepala dan demam, adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
• Perubahan tingkat kesadaran, dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respon individu terhadap proses fisiologi. Manifestasi perilaku juga umum terjadi. Sesuai pengembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak responsi, dan koma.
• Iritasi meningen, mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang umumnya terlihat pada semua tipe menngitis.
• Rigiditas nukal, (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
• Tanda kernig positif; ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
• Tanda Brudzinski: Bila leher pasien difleksikan, maka dihasilnya fleksi lutut dan pinggul; bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
• Fotophobia(respon nyeri terhadap sinar) akibat iritasi syaraf-syaraf kranialis.
• Kejang dan peningkatan TIK, kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardia), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
• Adanya ruam, seperti terdapat lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam ptekie dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas.
• Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% pasien dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septikemia; demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan tanda-tanda kuagolupati intravaskular diseminata (KID). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
• Organisme penyebab infeksi selalu dapat diidentifikasi melalui biakan kuman pada cairan serebrospinal dan darah. Counterimmunoelectrophoresis (CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh, umumnya cairan serebrospinal dan urine.

F. EVALUASI DIAGNOSTIK
Pada meningitis perlu dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
Kultur darah/hidung/tenggorok/urine : Dapat mengindikasikan daerah ”pusat” infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.

Pemeriksaan antigen bakteri pada cairan otak :
MRI/skan CT : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
Ronsen dada, kepala, dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi kranial.

Pemeriksaan cairan otak
a. Cairan otak pada meningitis purulenta
- Tekanan : Tekanan cairan otak meningkat diatas 180 mm H2O.
- Warna : Cairan otak berwarna mulai dari keruh sampai purulen bergantung pada jumlah selnya.
- Sel : Jumlah leukosit meningkat. Biasanya berjumlah 200-10.000 dan 95% terdiri dari sel PMN. Setelah pengobatan dengan antibiotika perbandingan jumlah sel MN (Mononuklear) terhadap sel PMN meningkat.
- Protein : Kadar protein meningkat, biasanya diatas 75 mg/100 ml.
- Klorida : Kadar klorida menurun. Kurang dari 700 mg/100 ml.
- Gula : Kadar gula menurun. Biasanya kurang dari 40 mg% atau kurang dari 40% kadar gula darah yang diambil pada saat yang bersamaan.

b. Cairan otak pada meningitis tuberkulosa.
- Warna : Jernih atau santokrom.
- Sel : Jumlah sel meningkat, biasanya tidak melebihi 500/mm3 dan sel mononuklear lebih banyak.
- Kadar protein meningkat.
- Kadar gula menurun.
- Kadar klorida menurun.
- Bila didiamkan akan terbentuk pelikula yang berbentuk sarang labah-labah.
- Pada pemeriksaan mikroskop dan biakan akan ditemukan kuman tuberkulosis.

c. Cairan otak pada meningitis karena virus.
- Warna : jernih.
- Sel : Jumlah sel meningkat antara 10-1000/mm3 .
- Kadar protein normal atau naik sedikit.
- Kadar gula normal.
- Kadar klorida normal.

G. POTENSIAL KOMPLIKASI
- Edema serebri
- Hidrosefalus.
- Abses otak.
- Koma.
- Kejang.
- Kehilangan fungsi saraf: perubahan tingkah laku dan perkembangan motorik.
- Kehilangan pendengaran dan penglihatan.
- SIADH
- Syok
- KID
- Henti nafas.
- Kematian.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
o Tentukan organisme penyebab.
o Isolasi pernapasan atau ketat tegantung pada organisme.
o Cairan parenteral diberikan untuk mempertahankan kebutuhan sampai masalah SIADH teratasi. Puasakan, selanjutnya beri diet dari cairan jernih sampai diet yang sesuai usia dan toleransi pasien: cairan dapat dibatasi saat diet mulai diberikan: cairan parenteral diturunkan sesuai peningkatan cairan peroral.
o Masukan dan haluaran: antibiotik dosis tinggi diberikan melalui intravena untuk mengisolasi organisme (antibiotik yang mencakup spektrum luas sampai organisme dapat diisolasi).
o Antipiretik
o Antikonvulsan
o Steroid dapat diberikan dengan maksud untuk mereduksi faktor penyebab ketulian.
o Ulangi fungsi lumbal untuk mengkaji efektivitas terapi

1. Pengobatan Umum : tirah baring total, 5 B (Breathing, blood, braind, bowel, bladder).
2. Pengobatan Spesifik : pemberian antibiotik spektrum luas, segera dilakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial beberapa jenis meningitis diharuskan pasien di isolasi di rumah.
 
I. PENCEGAHAN
1. Penderita diisolasi
2. Vaksinasi, seperti;
- Vaksi meningokokus yang telah diizinkan di AS mencakup polisakarida grup A, C, W153 dan Y, dan digunakan terutama perekrutan militer. Vaksin ini mungkin menguntungkan bagi beberapa orang yang mengunjungi daerah yang mengalami epidemik penyakit meningokokus. Vaksinasi juga harus dipertimbangkan sebagai tambahan antibiotik kemoprofilaksis untuk beberapa orang yang tinggal dengan pasien yang mengalami infeksi meningokokus.
- Vaksin polisakarida (Haemophilus b polysaccharide vaccine) melawan masuknya Haemophilus influenzae tipe b yang telah diizinkan penggunaannya di AS dan sekarang digunakan rutin untuk pencegahan meningitis pada pediatrik.
3. Diberi obat-obatan
– Untuk meningokokus diberi obat Rifampisin, sulfadiazine.
– Untuk Hemofilus influenza diberi obat, Rifampisin

J. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Adapun penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner & suddath yaitu;
- Pada semua tipe meningitis, status klinis pasien dan tanda-tanda vital dikaji terus menerus sesuai perubahan kesadaran yang dapat menimbulakn obstruksi jalan napas. Penemuan gas darah arteri, pemasangan selang endotrake (trakeostomi) dan penggunaan ventilasi mekanik.
- Pantau tekanan arteri untuk mengkaji syok, uang mendahului gagal jantung dan pernapasan. Catat adanya vasokontriksi, sianosis yang menyebar, dan ekstremitas dingin. Demam yang tinggi diturunkan untuk menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen otak.
- Penggantian cairan intravena dapat diberikan, tetapi perawatan tidak dilakukan untuk melebihi hidrasi pasien karena risiko edema sereberal.
- Berat badan, elektrolit serum, volume dan berat jenis urine, dan osmolalitas urine dipantau secara ketat, dan khusunya bila dicurigai hormon sekresi antidiuretik yng tidak tepat (ADH).
- Penatalaksanaan keperawatan berkelanjutan memerlukan pengkajian yang terus menerus terhadap status klinis klien, pengkajian pada TTV (Tanda-Tanda Vital), Perhatikan terhadap kebersihan kulit dan mulut, serta peningkatan dan perlindungan selama kejang saat koma.
- Rabas dari hidung dan mulut dipertimbangkan infeksius. Isolasi pernapasan dianjurkan sampai 24 jam setelah mulainya terapi antibiotik.


ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pemeriksaan fisik
Riwayat infeksi terdahulu.
- Sistem kardiovaskuler
Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis.
Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat (berhubung dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor). Trikardia, distrimia (pada pase akut), seperti distrimia sinus.

- Sistem persarafan
Sakit kepala, parestesia (terasa kaku pada semua persyarafan yang terkena), kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf kranial). Hipergesia (meningkatnya sensitivitas pada nyeri, timbul kejang, gangguan pada penglihatan, seperti diplopia, fotofobia, ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan, adanya halusinasi penciuman/sentuhan.
Status mental/tingkat kesadaran; letargi sampai kebingungan yang berat hingga koma, delusi dan halusinasi. Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan, afasia ( kesulitan dalam berkomunikasi).
Mata (ukuran/reaksi pupil); unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya, nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus menerus). Ptosis (kelopak mata atas jatuh). Karakteristik fasial (wajah):; perubahan pada fungsi motorik dan sensorik (saraf kranial V dan VII terkena).
Kejang umum, kejang lobus temporal. Otot mengalami hipotonia/flaksid paralisis(pada fase akut meningitis). Hemiparese atau hemiplegia. Tanda brudzinski positif dan tanda kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut).
Refleks tendon dalam; terganggu, babinski positif. Refleks abdominal menurun/tidak ada, refleks kremastetik hilang pada laki-laki.

- Sistem pernafasan
Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas.
Adanya ronki/mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernapasan

- Sistem muskuloskeletal
Fraktur pada tengkorak/cedera kepala.


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
  Menurut Susan Martin Tucker yaitu sebagai berikut:
- Ketidakefektifan termolegulasi b.d proses infeksi
- Nyeri: Sakit kepala b.d iritasi jaringan serebral.
- Terhadap ketidakefektifan pernafasan b.d peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) dan depresi fungsi serebral.
- Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan akhir di Rumah
Sebagai tambahan diagnosa keperawatan pada meningitis menurut Donggoes, Morhouse dan Geissler yaitu
- Risiko tinggi terhadap infeksi b.d pemajanan orang lain terhadap pathogen.

C. INTERVENSI
Menurut Susan Martin Tucker
No. Dx Intervensi Rasional
1 Ketidakefektifan termolegulasi b.d proses infeksi - kaji suhu tubuh setiap 4-8 jam sesuai indikasi.
- Gunakan selimut Hipotermia.







- Pertahankan suhu ruangan, lakukan tindakan pendinginan, berikan mandi kompres hangat dan singkirkan peralatan tenun tempat tidur yang berlebih.





- Perbanyak masukan cairan. - untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
- Untuk membantu dalam mengontrol /menstabilkan peningkatan suhu eksterm. Menurunkan kebutuhan metabolit/resiko kejang dan meningkatkan keamanan pasien.
- Demam biasanya berhubungan dengan proses imflamasi tetapi mungkin merupakan komplikasi dari kerusakan hipotalamus. Terjadi peningkatan kebutuhan metabolisme dan konsumsi oksigen (trauma dengan menggigil), yang dapat meningkatkan TIK.
- Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
2 Nyeri: Sakit kepala b.d iritasi jaringan serebral - Kaji tingkat kesadaran.


- Pertahankan lingkungan yang tenang, gelapkan ruangan bila terjadi fotofibia.
- Pertahankan tirah baring, bantu pasien dalam mencari posisi yang memberikan rasa nyaman.

- Tinggikan kepala sampai 300.



- Letakkan kain yang dingin diatas mata dan Pasang kap es dikepala. - untuk mengetahui perubahan tingkat kesadaran.
- Untuk mengurangi stimuli nyeri akibat gangguan dari luar dan menghindari nyeri akibat rangsangan cahaya.
- untuk memberikan rasa aman pada pasien dan untuk menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
- Untuk menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut.
- Untuk meningkatkan vasokontriksi. Penumpulkan resepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri.
3 Terhadap ketidakefektifan pernafasan b.d peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) dan depresi fungsi serebral.
 - Observasi TTV.



- Kaji dan pantau pernapasan: frekuensi, kedalaman, dan pola pernafasan.








- Kaji status pernafasan setiap 1-2 jam sesuai indikasi, auskultasi bunyi nafas.




- Baringkan pasien untuk mendapatkan ventilasi yang optimal.
- Bantu dan Intruksi pasien untuk berbalik dan napas setiap 2-4 jam.
- Berikan bantuan O2 bila diperlukan. - Untuk mengidentifikasi kemajuan/penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
- Tipe dari pola pernapasan merupakan tanda yang berat dari adanya peningkatan TIK/daerah serebral yang terkena dan mungkin merupakan indikasi perlunya untuk melakukan instubasi dengan disertai pemasangan ventilator mekanik.
- Adanya ronki/mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernapasan mungkin mencerminkan adanya akumulasi sekret dengan risiko terjadinya infeksi pernapasan.
- Memobilisasi sekret dan meningkatkan kelancaran sekret yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap pernapasan.

- Terjadinya asidosis dapat menghambat oksigen pada tingkat sel yang memperburuk/meningkatkan iskemik serebral.
4 Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan akhir di Rumah
 - Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejalanya.

- Jelaskan pada keluarga perlunya memberikan dorongan, pengungkapan; bantu pasien memahami sifat dari kelainan.
- Jelaskan pentingnya aktivitas fisik sesuai toleransi
- Jelaskan perlunya merencanakan waktu istirahat.







- Diskusikan tentang tanda dan gejala kondisi yang harus dilaporkan pada dokter.

- Jelaskan pentingnya rawat jalan yang berkelanjutan.
 - Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan.
- Membantu ningkatkan perasaan pasien, yang dapat neringankan rasa takut akan penyakitnya


- Membantu dalam menemukan fungsi/kekuatan otot.
- Kelelahan sering timbul melebihi apa yang diharapkan pasien/keluarga. Istirahat tambahan diperlukan untuk membantu proses penyembuhan dan meningkatkan kemampuan koping.
- Evaluasi dan intervensi awal dapat mencegah kambuhnya penyakit/berkembangnya komplikasi.
- Penting sekali untuk mengetahui perkembangan penyembuhan/mengubah terapi yang diberikan dan untuk menentukan adanya penurunan fungsi neurologis.
5. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d pemajanan orang lain terhadap pathogen.

 - Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan.










- Pertahankan teknik septik dan teknik cuci tangan yang tepat baik pasien, pengunjung, maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung/staf sesuai kebutuhan.


- Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda-tanda klinis dari proses infeksi - Pada fase awal meningitis meningokokus atau infeksi ensefalitis lainnya, isolasi mungkin diperlukan sampai organismenya diketahui/dosis antibiotik yang cocok telah diberikan untuk menurunkan risiko penyebaran pada orang lain.
- Menurunkan risiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi (mis, individu yang mengalami infeksi saluran napas atas.
- Terapi obat biasanya akan diberikan terus selama kurang lebih 5 hari setelah suhu turun (kembali normal) dan tanda-tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda klinis yang terus menerus merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang dapat bertahan sampai berminggu-minggu/berbulan-bulan atau terjadi penyebaran patogen secara hematogen/sepsis.
D. IMPLEMENTASI
Mengkaji suhu tubuh setiap 4-8 jam sesuai indikasi.
Mengobservasi TTV setiap 3 jam atau lebih sering.
Menggunakan selimut Hipotermia.
Mertahankan lingkungan yang tenang, gelapkan ruangan bila terjadi fotofibia.
Mempertahankan tirah baring, bantu pasien dalam mencari posisi yang memberikan rasa nyaman.
Meninggikan kepala sampai 300.
Meletakkan kain yang dingin diatas mata.
Memasang kap es dikepala.
Memperbanyak masukan cairan.
Mengkaji dan pantau pernapasan: frekuensi, kedalaman, dan pola pernafasan.
Mengkaji status pernafasan setiap 1-2 jam sesuai indikasi.
Mengauskultasi bunyi nafas.


E. EVALUASI
Evaluasi yang diharapkan :
• Pasien dalam keadaan normotermia, suhu tubuhnya beerkisar pada 370
• Pasien mengungkapkan tidak adanya atau sakit kepalanya mulai membaik.
• Pasien memperlihatkan pola pernafasan ynag efektif, ekspansi dada simetris, bunyi nafas jelas ketika di auskultasi, TTV dalam batasan normal, dan tidak terdapat tanda distress pernafasan.
• Pasien atau orang terdekat dapat mengetahui penyakit yang diderita pasien dan pengertian mengenai penatalaksanaan perawatan di rumah.
• Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.

BAB III
KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadinya meningitis diakibatkan karena adanya infeksi atau peradangan pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur. Beberapa keadaan yang merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya meningitis, yaitu mencakup : Infeksi jalan napas bagian atas, Otitis media, mastoiditis, Anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, Prosedur bedah saraf baru, trauma kepala, dan pengaruh immunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyongkong perkembangan bakteri.
Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur, tetapi jarang dibawah 6 bulan. Yang tersering adalah pada anak-anak umur 6 bulan sampai 5 tahun. Perawatan yang intensif dan pemberian antibiotika yang cepat dan tepat serta dengan dosis yang memadai penting untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah terjadinya cacat serta kematian.

askep pada meningitis

Meningitis

Defenisi
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis.

Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.

Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.

Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.

Pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdis posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.

Pengkajian Pasien dengan meningitis
Riwayat penyakit dan pengobatan
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini orangtua harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul pada anak seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahui adalah status kesehatan masa lalu anak untuk mengetahui adanya faktor presdiposisi seperti infeksi saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll.


Manifestasi Klinik
Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku.
Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
Sakit kepala, anak menjadi rewel
Sakit-sakit pada otot-otot
Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien (adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI)
Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.
Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada virus meningitis.
Nausea
Vomiting
Demam
Takikardia
Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia
Anak merasa takut dan cemas.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal.
Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.

Pengobatan
Pengobatab biasanya diberikan antibiotik yang paling sesuai.
Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis :
Antibiotik
Organisme


Penicilin G




Gentamicyn



Chlorampenikol
Pneumoccocci
Meningoccocci
Streptoccocci


Klebsiella
Pseudomonas
Proleus

Haemofilus Influenza
Terapi TBC
Streptomicyn
INH
PAS
Micobacterium Tuber culosis


ASKEP
PR

Askep Meningitis

Ditulis oleh hidayat2 di/pada Maret 24, 2009
ASKEP MENINGITIS
DEFINISI
Meningitis adalah infeksi cairan otakdan disertai proses peradangan yang mengenai piameter, araknoid dan dapat meluas ke permukaan jarinag otak dan medula spinalis yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa yang terdapat secara akut dan kronis.
Meningitis dibagi menjadi dua :
1. Meningitis purulenta
Yaitu infeksi selaput otak yang disebabkan oleh bakteri non spesifik yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau reaksi purulen pada cairan otak. Penyebabnya adalah pneumonia, hemofilus influensa, E. Coli.
2. Meningitis tuberkulosa
Yaitu radang selaput otak dengan eksudasi yang bersifat serosa yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis, lues, virus, riketsia.
Berdasarkan lapisan selaput otak yang mengalami radang meningitis dibagi menjadi :
1. Pakimeningitis, yamg mengalami adalah durameter
2. Leptomeningitis, yang mengalami adalah araknoid dan piameter.
ETIOLOGI
Ø H. influenza ( type B )
Ø Streptokokus pneumonie
Ø Neisseria meningitides ( meningococus)
Ø  Hemolytic streptococcusb
Ø Stapilococus aureus
Ø Escherecia coli
TANDA DAN GEJALA
Pada meningitis purulenta ditemukan tanda dan gejala :
1. Gejala infeksi akut atau sub akut yang ditandai dengan keadaan lesu, mudah terkena rangsang, demam, muntah penurunan nafsu makan, nyeri kepala.
2. Gejala peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan muntah, nyeri kepala, penurunan kesadaran ( somnolen sampai koma ), kejang, mata juling, paresis atau paralisis.
3. Gejala rangsang meningeal yang ditandai dengan rasa nyeri pada leher dan punggung, kaku kuduk, tanda brodsinky I dan II positif dan tanda kerning positif.
Tanda kerning yaitu bila paha ditekuk 90°ke depan, tuungkai dapat diluruskan pada sendi lutut.
Tanda brudzinky I positif adalah bila kepal di fleksi atau tunduk ke depan, maka tungkai akan bergerak fleksi di sudut sendi lutut.
Tanda brodzinky II positif adalah bila satu tungkai ditekuk dari sendi lutut ruang paha, ditekankan ke perut penderita, maka tungkai lainnya bergerak fleksi dalam sendi lutut.
Pada meningitis tuberkulosas didapatkan gejala dalam stadium-stadium yaitu :
1. Stadium prodomal ditandai dengan gejala yang tidak khas dan terjadi perlahan-lahan yaitu demam ringan atau kadang-kadang tidak demam, nafsu makan menurun, nyeri kepala, muntah, apatis, berlangsung 1-3 minggu, bila tuberkulosis pecah langsung ke ruang subaraknoid, maka stadium prodomal berlangsung cepat dan langsung masuk ke stadium terminal.
2. Stadium transisi ditandai dengan gejala kejang, rangsang meningeal yaitu kaku kuduk, tanda brudzinky I dan II positif, mata juling, kelumpuhan dan gangguan kesadaran.
3. Stadium terminal ditandai dengan keadaan yang berat yaitu kesadaran menurun sampai koma, kelumpuhan, pernapasan tidak teratur, panas tinggi dan akhirnya meninggal.
PATOFISIOLOGI
Kuman atau organisme dapat mencapai meningen ( selaput otak ) dan ruangan subaraknoid melalui cara sebagai berikut :
1. Implantasi langsung setelah luka terbuka di kepala
2. Perluasan langsung dari proses infeksi di telingga tengah sinus paranasalis, kulit.
3. Kepala, pada muka dan peradangan di selaput otak/ skitarnya seperti mastoiditis
4. Sinusitis, otitis media
5. Melalui aliran darah waktu terjadi septikemia
6. Perluasan dari tromboplebitis kortek
7. Perluasan dari abses ekstra dural, sudural atau otak
8. Komplikasi bedah otak
9. Penyebaran dari radang.
Pada meningitis tuberkulosa dapat terjadi akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis paru primer, yaitu :
1. secara hematogen, melalui kumanmencapai susunan saraf kemudian pecah dan bakteri masuk ke ruang subaraknoid melalui aliran darah.
2. Cara lain yaitu dengan perluasan langsung dari mastoiditis atau spondilitis tuberkulosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan cairan otak melalui pungsi lumbal, didapatkan :
a. Tekanan
b. Warna cairan otak: pada keadaan normal cairan otak tidakberwarna. Pada menigitis purulenta berwarna keruh sampai kekuning-kuningangan. Sedangkan pada meningitis tuberkulosis cairan otak berwarna jernih.
c. Protein ( 0,2-0,4 Kg ) pada miningitis meninggi
d. Glukosa dan klorida
2. None pandi
3. Pemeriksaan darah
4. Uji tuberkulin positif dari kurasan lambung untuk meningitis tuberkulosis
5. Pemeriksaan radiologi
a. CT Scan
b. Rotgen kepala
c. Rotgen thorak
6. Elektroensefalografi ( EEG ), akan menunjukkan perlambatan yang menyeluruh di kedua hemisfer dan derajatnya sebanding dengan radang.
MANAGEMEN TERAPI
Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif suporatif untuk membantu pasien melaluimasa kritis :
1. Penderita dirawat di rumah sakit
2. Pemberian cairan intravena
3. Bila gelisah berikan sedatif/penenang
4. Jika panas berikan kompres hangat, kolaborasi antipiretik
5. Sementara menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa diberikan :
a. Kombinasi amphisilin 12-18 gram, klorampenikol 4 gram, intravena 4x sehari
b. Dapat dicampurkan trimetropan 80 mg, sulfa 400 mg
c. Dapat pula ditambahkan ceftriaxon 4-6 gram intra vena
6. Pada waktu kejang :
a. Melonggarkan pakaian
b. Menghisap lendir
c. Puasa untuk menghindari aspirasi dan muntah
d. Menghindarkan pasien jatuh
7. Jika penderita tidak sadar lama :
a. Diit TKTP melalui sonde
b. Mencegah dekubitus dan pneumonia ostostatikdengna merubah posisi setiap dua jam
c. Mencegah kekeringan kornea dengan borwater atau salep antibiotik
8. Jika terjadi inkontinensia pasang kateter
9. Pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital
10. Kolaborasi fisioterapi dan terapi bicara
11. Konsultasi THT ( jika ada kelainan telinga, seperti tuli )
12. Konsultasi mata ( kalau ada kelainan mata, seperti buta )
13. Konsultasi bedah ( jika ada hidrosefalus )
KOMPLIKASI
a. Ketidaksesuaian sekresi ADH
b. Pengumpulan cairan subdural
c. Lesi lokal intrakranial dapat mengakibatkan kelumpuhan sebagian badan
d. Hidrocepalus yang berat dan retardasi mental, tuli, kebutaan karena atrofi nervus II ( optikus )
e. Pada meningitis dengan septikemia menyebabkan suam kulit atau luka di mulut, konjungtivitis.
f. Epilepsi
g. Pneumonia karena aspirasi
h. Efusi subdural, emfisema subdural
i. Keterlambatan bicara
j. Kelumpuhan otot yang disarafi nervus III (okulomotor), nervus IV (toklearis ), nervus VI (abdusen). Ketiga saraf tersebut mengatur gerakan bola mata.
Diagnosa yang muncul :
1. Gangguan perfusi jaringan serebral
2. Nyeri akut
3. Resiko infeksi
4. Kurang pengetahuan

Komentar dengan akun facebook

link

SEO Stats powered by MyPagerank.Net
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net

 
Design by Alamsyah Aris | Bloggerized by Alamsyah design | Maros Indonesia