Tekno Solution

Tekno Solution

Selasa, 14 Juni 2011

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) OSTEOSARCOMA



1.     DEFINISI
Sarkoma osteogenik atau osteosarkoma adalah merupakan neoplasma tulangprimer yang sangat ganas.

Osteosarkoma merupakan tumor tulang maligna primer yang paling lazim dan seringkali berakibat fatal dan dapat timbul sebagai metastase sekunder dari ekstrimitas tungkai pada 50% kasus. Biasanya terdapat pada lokasi bekas radiasi atau lebih sering sebagai penyerta pada penyakit paget. Osteosarkoma sering terjadi pada laki-laki pada kelompok usia 10-25 tahun dan pada orang tua yang mengalami penyakit paget.

2.  PATOFISIOLOGI
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).

Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, bebrapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.

Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia.
Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan
fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan
ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar ke jaringanlunak sekitarnya;garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.

3. GAMBARAN KLINIS
·         Rasa sakit (nyeri)
·         Pembengkakan
·          Keterbatasan gerak
·         Menurunnya berat badan
·         Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta distensi pembuluh darah.


  4. LABORATORIUM dan RADIOGRAFI
Studi radiografikal, scan MRI dan CT pada tulang yang terkena penyakit,
mielogram, artetiografi, dan essai biokimia darah dan urine akan memberikan
informasi diagnostik.Pada radiografi, terdapat tanda kerusakan tulang di dalam diafisis dengan erosi korteks tulang, terangkatnya periosteum terlihat pada tepi lesi di tempat terbentuknya tulang baru di bawah (segitiga codman). Terbentuknya tulang baru terlihat di dalam medula atau korteks tulang, tergantung dari tumor tersebut apakah osteolitik atau osteoblastik.


5. DIAGNOSA BANDING
·         Lesi tulang infeksiosa terutama karena sifilis.
·         Neoplasma tulang yang lain seperti khondrosarkoma
·         Tumor sel datia atau defosit metastasis karsinomatosa pada tulang dari tumor primer.


6. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau mengankat jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.
Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:

A.      Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan
tindakan amputasi pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi
yang memanjang melalui tulang atau sendi di atas tumor untuk kontrol
lokal terhadap lesi primer. Beberapa pusat perawatan kini
memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa amputasi dengan
menggunakan prosthetik metal atau allograft untuk mendukung kembali
penempatan tulang-tulang.
B.       Kemoterapi
Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan
dengan faktor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.

7. PROGNOSA
Prognosa jelek, hanya kira-kira seperlima atau kurang dari 10 persen yang
kasus yang mempunyai harapan hidup/bertahan sampai/lebih dari 5 tahun.



ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN OSTEOSARCOMA

A.     PENGKAJIAN

1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status     perkawinan,alamat,dan lain-lain.

2. Riwayat kesehatan
·         Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.
·         Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak
·         Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya

3. Pengkajian fisik
·         Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.
·         Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.
·         Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan
·         Keterbatasan rentang gerak

4. Hasil laboratorium/radiologi
·         Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru.
·         Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari kortek tulang.
·         Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan    
    (amputasi)

Kemungkinan dibuktikan oleh:
·          Keluhan nyeri
·          Fokus diri menyempit
·         Respons autonomik, perilaku melindung/berhati-hati

Hasil yang diharapkan/evaluasi:
·         Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol
·         Tampak rileks dan mampu istirahat/tidur dengan tepat
·         Menyatakan pemahaman nyeri fantom dan metode untuk menghilangkannya




Intervensi:
·         Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik nyeri.
·         Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut)
·         Berikan dorongan untuk penggunaan manajemen stres (contoh latihan nafas dalam, visualisasi dan pedoman khayalan) dan sentuhan terapeutik.
·         Tingkatkan aktivitas hiburan.
·         Berikan analgetik; kaji efektifitas dari tindakan penurunan rasa nyeri.


2.      Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan   muskuluskletal,nyeri dan amputasi.

Kemungkinan dibuktikan oleh:
·         Menolak upaya bergerak
·         Gangguan koordinasi; penurunan kekuatan otot, kontrol dan massa.

Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Pasien
·         Menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan keamanan
·         Ikut serta dalam program latihan/menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas
·         Menunjukan teknik/perilaku yang memampukan tindakan beraktivitas
·         Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal
                         
Intervensi
·         Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.
·         Bantu dengan dan berikan program latihan yang dipesankan.
·         Latihan rentang gerak, ambulasi, perawatan diri, dan AKS sesuai toleransi.
·         Diskusikan pentingnya membuat waktu instirahat yang sering karena semuanya tidak menguntungkan.
·         Berikan aktivitas hiburan.
·         Kaji status neurovaskular; pantau nadi perifer dan periksa warna kulit
·         pada ekstremitas, kehangatan, sensasi, edema, dan kelemahan setiap 4
jam.              
·         Bantu dengan dan ajarkan tentang latihan nafas dalam untuk
·         meningkatkan fungsi pernafasan dan vaskular perifer.
·         Bantu latihan rentang gerak khusus area yang sakit dan yang tak sakit
mulai secara dini pada tahap pasca operasi.
·         Dorong latihan aktif/isometrik untuk bagian ekstrimitas yang diamputasi
·         Berikan perawatan puntung secara teratur.
·         Instruksikan pasien untuk tidur denga posis tengkurap sesuai toleransi sedikitnya 2 kali sehari dengan bantal dibawah abdomen.
·         Tunjukan/bantu teknik pemindahan dan penggunaan alat mobilitas seperti walker dan kruk.
·         Tingkatkan ambulasi; bantu sesuai kebutuhan.

3. Gangguan harga diri/citra tubuh yang berhubungan dengan gangguan struktur tubuh/gangguan fungsi, faktor biofisikal; kehilangan bagian tubuh.

Kemungkinan dibuktikan oleh:
·          Antisipasi perubahn pola hidup: takut penolakan/ reaksi orang lain.
·          Perasaan negatif tentang tubuh
·          Fokus pada kekuatan masa lalu, fungsi dan penampilan.
·          Perasaan tidak berdaya dan putus asa
·          Fokus pada kehilangan bagian tubuh; tidak melihat menyentuh bagian tubuh.





Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Pasien:
·         Mengungkapkan perasaan/perhatian dan menggunakan keterampilan koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.
·         Membuat rencana nyata untuk adapatsi peran baru/perubahan peran.
·         Mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diriyang akurat tanpa harga diri negative

Intervensi:
·         Kaji/pertimbangkan persiapan pasien dan pandangan terhadap amputasi
·         Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien.
·         Perhatikan perilaku menarik diri, membicarkan diri tentang hal negatif,penggunaan penyangkalan atau terus-menerus melihat perubahan nyata/yang diterima.
·         Berikan waktu dan dorongan untuk mengungkapkan perasaan dan
               masalah.
·         Tekankan penjelasan dokter tentang proses penyakit, tindakan, dan hasil yang diharapkan; klarifikasi setiap salah konsep yang terjadi.

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
    kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi    
    tentang pelaksanaan perawatan di rumah,kurang mengingat/terpajan, salah    
         interpretasi informasi.

Kemungkinan dibutikan oleh;
·         Pertanyaan/permintaan informasi, menyatakan masalah
·         Tidak akurat mengikuti instruksi/terjadi komplikasi yang dapat dicegah
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Pasien:
·         Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit.
·         Melakukan dengan benar prosedur tertentu dan menjelaskan alasan tindakan.
·         Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan

Intervensi:
·         Kaji ulang proses penyakit/prosedur bedah dan harapan yang akan datang.
·         Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh oedema, eritema, peningkatan suhu tubuh.
·         Tekankan pentingnya dan keuntungan dalam mempertahankan program latihan yang telah dianjurkan sesuai toleransi.
·         Diskusikan tentang pengobatan: nama, jadwal, tujuan, dosis, dan efek samping.
·         Tingkatkan aktivitas fisik; rentang gerak, nafas dalam
·         Tekankan pentingnya diet nutrisi seimbang dan pemasukan cairan yang adekuat.
·         Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.
·         Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit: peningkatan nyeri dan mobilitas.
                                   
· Diskusikan perawatan puntung umum, contoh:
·         Masase puntung setelah balutan dilepas dan jahitan sembuh
·         Hindari penggunaan lotion
·         Gunakan kaos kaki yang pas, bersih


DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Ed 8. EGC.
Jakarta

Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Rahmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskletal.
Banjarbaru: Akper Depkes.

Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. I. Salemba
medika. Jakarta

Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 3,
Penerbit Buku Kedokteran EGC

--. 2003. Catatan Kuliah Medikal Badah III. (Print out). Jurusan Keperawatan Banjarbaru

Komentar dengan akun facebook

link

SEO Stats powered by MyPagerank.Net
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net

 
Design by Alamsyah Aris | Bloggerized by Alamsyah design | Maros Indonesia