Tekno Solution

Tekno Solution

Jumat, 10 Juni 2011

ASKEP EFUSI PLEURA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
      Efusi dapat berbentuk transudat, terjadi akibat penyakit lain bukan primer pada paru, seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialisis peritoneum, hipoalmunemia oleh berbagai keadaan, perikarditis konstriktiva, keganasan, atelektasis pam dan pneumotoraks.
      Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboid dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleritis eksudativa yang paling sering adalah karena mycobacterium tuberculosae dan dikenal sebagai plenntis eksudativa tubekulosa.
Sebab lain seperti parapneumonia, parasit (ameba, paragonimiasis, echinococcus), jamur, pneumonia atipik (virus, mikoplasma, fever, legionella), keganasan paru, proses immunologis seperti plenritis lupus, plenritis reumatoid, sarkoidosis, radang sebab lain seperti pankreatitis, asbestosis, pleuritis uremia dan akibat radiasi.
B.     Rumusan Masalah
      Adapun rumusan masalah di dalam membahas penyakit efusi pleura adalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan efusi pleura ?
2.      Apa yang menyebabkan penyakit efusi pleura ?
3.      Apa yang menjadi keluhan utama pada pasien efusi pleura ?
BAB II
EFUSI PLEURA

I. Pengertian
-          Efusi Pleura adalah adanya cairan dalam kavum pleura.
-          Pleura adalah peradangan dan iritasi pleura, yaitu membran tipis dan 2 lapis yang membungkus paru dan melapisi bagian dalam dada. (H. Winter Griffith M.D)
II. Etiologi
1.      Hambatan reabsorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada kompensasi kordis, penyajit ginjal, tumor mediastinum, sindroma meig dan sindroma vena cava superior.
2.      Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (TBC, pneumonia, virus) , bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus kerongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma.
III Anatomi
Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura penietalis. Kedua lapisan ini bersatu di daerah hillus arteri dan mengadakan penetrasi dengan cabang dan pembuluh limfe. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri atas sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening.
Pleura seringkali mengalami kelainan patogenesis seperti terjadinya efusi cairan, misalnya hidrotoralis dan pleuritis eksudativa karena infeksi, hemotoralis bila rongga pleura berisi darah, kilotoralis (cairan limfe), piotoralis atau empieama torasis bila berisi nanah, dan pnemotoralis bila berisi udara. Penyebab kalainan patologi dan rongga pleura bermacam-macam, terutama karena infeksi tuberkulosis atau nontiberkulosis, keganasan, dan trauma.
IV Patofisiologi
Patofisologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan intertisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.
      Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh peradangan. Bila proses radang disebabkan oleh kuman piogemik akan terbentuk pus/nanah, sehingga terjadi empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks.
      Proses terjadinya pneumotoraks karena pecahnya alveoli dekat pleura panietalis sehingga udara akan masuk ke dalam rongga pleura. Proses ini sering disebabkan oleh trauma dada/alveoli pada daerah tersebut yang kurang elastis lagi seperti pada pasien emfisema paru.

V. Keluhan Pokok
Dari asimptomatis sampai sesak napas berupa :
-          Nyeri dada
-          Sesak napas
-          Batuk-batuk
-          Panas
-          Lebih senang tidur/baring ke satu arah (sisi yang berisi cairan).
Keluhan-keluhan tersebut tergantung dari jumlah dan jenis cairan; kalau banyak atau purulent keluhan lebih berat.
Tanda Penting
Pada sisi yang sakit :
1.      Dinding dada lebih cembung dan gerakan tertinggal
2.      Vocal fremitus melemah.
3.      Pekak, batasnya merupakan garis lengkung dari medial bawah ke lateral atas disebut garis Ellis Damoiseau.
4.      Bunyi pernapasan menurun atau menghilang pada sisi yang sakit.
5.      Mediastinum terdorong ke sisi yang sehat, dapat dilihat/diraba pada trakea.
6.      Iktus kordis berpindah ke sisi yang sehat.
VI. Gambaran Klinik
                  Timbulnya cairan dimulai dengan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Biloa cairan banyak, penderita akan sesak nafas. Didapati gejala-gejala penyakit penyebab seperti panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosis), banyak keringat, batuk, banyak riak, dan lain-lain.
                  Efusi pleura dapat berupa transudat atau eksudat. Transudat terjadi akibat poeningkatan tekanan vena pulmonalis. Pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh. Transudat juga dapat terjadi pada hipoproteinemia. Penimbunan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan nama hidrothoraks . Cairan pleura cendrung tertimbun pada dasar paru-paru.
      Penimbunan eksudat timbul sekunder dari peradangan atau keganasan pleura dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absobsi getah bening .
                  Jika efusi pleura mengandung nanah maka keadaan ini disebut empiema. Jika tidak ditangani dengan baik maka dapat emebahayakan dinding thotak. Eksudat akibat peradangan akan mengalami organisasi dan terjadi perlengketan fibrosa antara pleura parietalis dengan viseralis. Keadaan ini dikenal dengan nama Fiobrothoraks. Istilah hemathoraks dipakai untuk menyatakan perdarahan sejati kedalam rongga pleura dan tidak dimaksudkan untuk menyatakan efusi pleura yang berdarah.
                  Pemeriksaan fisik pada keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernafasan, fremitus melemah, pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseau). Didapati segitiga Garland yaitu pada daerah perkusi-timpani dibagian atas garis Ellis Damoiseau. Segitiga Grocco-Rochfusz  yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum ke sisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronkhi.
      Pada auskultasi, suara nafas vesikuler melemah hilang pada bagian yang ada cairannya. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
      Adapun tanda dan gejala khas dari efusi pleura adalah :
1.      Dispnea bervariasi
2.      Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit pleura.
3.      Trakhea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi.
4.      Ruang interkostal menonjol.
5.      Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena.
6.      Perkusi meredup diatas efusi pleura.
7.      Egofoni diatas paru-paru yang tertekan dekat efusi.
8.      Suara nafas berkurang diatas efusi.
9.      Fremitus fokal berkurang.
VII. Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan Radilogik
Pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih dari 300 ml, akan terlihat cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran dimediastinum.
2.      Pemeriksaan mikrobiologik (kultur) dengan menggunakan percobaan Rivalta.
3.      Biopsi pleura.
4.      Peningkatan frekuensi pernapasan (kadang-kadang). Deviasi trakea menjauh dari sisi efusi penurunan fremitus (taktil dan vokal), penurunan bunyi napas.
      Di atas efusi
            Karena paru tertekan dengan jalan napas terbuka maka akan terjadi pernapasan bronkial, perubahan E ke A dan desiran pektoralis.
Friction rub – setelah cairan dibuang dan gesekan pleura viceral terhadap pleura perietal.
5.      Pada pemeriksaan auskultasi
Bunyi napas bronchial terdengar di atas efusi pleural dimana paru normal tertekan. Dari bunyi napas bronkial dapat berhubungan dengan perubahan E ke A dan perubahan desiran otot pektoralis. Perubahan E ke A hanya berarti bahwa bila seseorang mendengar dengan stetoskop dan punya mekotokan “E” apa yang didengar orang tersebut nyata adalah bunyi A daripada bunyi E. ini terjadi bila ada konsolidasi. Kemudian desiran otot pektoralis adalah adanya volume kerja yang kerja terdengar melalui stesor bila punya berbisik.
Pada pernapasan bronkial dan dua perubahan akan ada, yang harus ada juga adalah :
-          Terbukanya jalan napas dan tertekannya alveoli.
-          Alveoli dimana udara telah digantikan oleh cairan.

VIII. Penatalaksanaan Pengobatan
                  Obati penyakit penyebabnya. Bila disebabkan oleh TB, berikan obat-obat anti TB dan kortikosteroid untuk menekan reaksi alergis dan mencegah reaksi perlengketan, selam 3 minggu pertama. Aspirasi cairan pleura dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut :
1.      Adanya gejal sujektif seperti sakit/nyeri , dispnea, rasa berat dalam dada.
2.      Cairan melewati sela iga 2, terutama bila dihemithoraks kanan.
3.      Bila suhu tetap/makin tinggi setelah tiga minggu.
4.      Bila penyerapan cairan terlambat (lebih dari 8 minggu).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.     Data Pengkajian Klien
1.      Aktivitas/istirahat
☺Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
      2. Sirkulasi
            ☺ Tanda :  -    Takhikardia, frekuensi tidak teratur/disritmia
-          S3 atu S4/irama jantung Gallop
-           PMI berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal
-          Tanda Homman
-          Hipertensi/hipotensi
-          D V J
      3. Integritas EGO
            ☺ Tanda : ketakutan, gelisah.
      4. Makanan/cairan
            ☺ Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral/infus tekanan.
      5. Nyeri/kenyamanan
            ☺ Gejala (tergantung pada ukuran/area yang terlibat) :
-          Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk
-          Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pneumotoraks spontan).
-          Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh nafas dalam, kemungkinan menyebar keleher, bahu, abdomen
            ☺ Tanda : - Berhati-hati pada area yangsakit
            - Perilaku distraksi dan mengkerutkan wajah.
      6. Pernapasan
            ☺ Gejala : - Kesulitan bernafas/lapar napas.
                              - Batuk
                              - Riwayat bedah dada/trauma.
                              - Penyakit pneumothorak sebelumnya.
            ☺ Tanda :
-          Takhipnea
-          Peningkatan kerja napas
-          Bunyi napas menurun atau tidak ada pada sisi yang sakit
-          Fremitus menurun pada sisi yang sakit
-          Pada palpasi gerakan dada tidak sama
-          Kulit pucat sianosis, berkeringat.
      7. Keamanan
            ☺ Gejala : Adanya trauma dada. Radiasi/kemoterapi untuk keganasan
      8. Penyuluhan/pembelajaran
            ☺ Gejala : - Riwayat factor resiko keluarga.
-          Adanya bedah intratorakal/biopsy paru.

B. Diagnosa Keperawatan
1.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan :
- Penurunan ekspansi paru (akumulasi cairan)
- Gangguan muskuluskeletal
- Nyeri/ansietas
- Proses inflamasi
Ditandai dengan :
-Dispnea, takhipnea
- Perubahan kedalaman/kesamaanpernapasan
- Penggunaan otot asesori, pelebaran nasal
- Gangguan pengembangan dada dan sianosis, GDA tidak normal
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
- Menunjukkan pola pernapasan normal/efektif dengan GDA dalam rentang 
   normal
- Bebas sianosis dan tanda/gejala hipoksia.
Intervensi :
1.      Mengidentifikasi etiologi/factor pencetus
Rasional : pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan teraupetik lain.
2.      Evaluasi fungsi pernapasan.
Rasional : distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok.
3.      Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Bunyi nafas dapat menurun atau tak ada pada lobus, segmen paru atau seluruh bagian paru.
4.      Kaji fremitus
Rasional : Suara dan taktil fremitus (vibrasi) menurun pada jaringan yang terisi cairan/konsolidasi.
5.      Kolaborasi dalam pengkajian seri foto toraks
Rasional : mengawasi kemajuan perbaikan hemathorak dan ekspansi paru.
6.      Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan melalui kanula/masker sesuai indikasi.
Rasional : Alat dalam menurunkan kerja nafas, meningkatkan  penghilang distress  respirasi dan sianosis sehubungan dengan hipoksemia.
2.      Resiko tinggi terhadap henti nafas berhubungan dengan :
-          Penyakit saat ini.
-          Tergantung pada alat dari luar.
-          Kurang pendidikan keamanan/pencegahan.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
-          Mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk mencegah komplikasi.
-          Pemberi perawatan akan memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik.

Intervensi :
1.      Kaji dengan klien tujuan/fungsi unit drainage dada, catat gambaran keamanan.
Rasional : Informasi tentang bagaimana system bekerja memberikan keyakinan, menurunkan ansietas klien.
2.  Pasang kateter torak kedinding dada dan beriukan poanjang selang ekstra sebelum memindahkan atau mengubah posisi klien
      Rasional : Mencegah terlepasnya kateter dada atau selang terlipat dan menurunkan nyeri/ketidaknyamanan sehubungan penarikan atau menggerakkan selang.
3.   Amankan sisi sambungan selang
      Rasional : mencegah terlepasnya selang.
4.   Berikan bantalan pada sisi dengan kasa/plester.
      Rasional : Melindungi kulit dari iritasi/tekanan.
5.   Identifikasi perubahan/situasi yang harus dilaporkan pada perawat.
      Rasional : Intervensi tepat waktu dapat mencegah komplikasi serius.
6.   Dan lain-lain.
3.      Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan : Kurang terpajan pada informasi
            Ditandai dengan :
                  -     Mengekspresikan masalah, meminta informasi.
-          Berulangnya masalah.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
-          Menyatakan pemahaman penyebab masalah (bila tahu)
-          Mengidentifikasi tanda /gejala yang memerlukan evaluasi medik
-          Mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah.
Intervensi :
1. Kaji patologi masalah individu.
      Rasional : Informssi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya intervensi terapetik.
2. Identifikasi kemungkinan kambuh/komplikasi jangka panjang.
            Rasional : Berbagai penyakit paru sering dapat meningkatkan insiden      
      kambuh.
3. Kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat.
            Rasional : Berulangnya penyakit memerlukan intervensi medik untuk
      mencegah/menurunkan potensi komplikasi.
4. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik.
            Rasional : Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan
      penyembuhan  dan dapat mencegah kekambuhan.

BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.      Pengertian efusi pleura adalah :
-          Efusi Pleura adalah adanya cairan dalam kavum pleura.
-          Pleura adalah peradangan dan iritasi pleura, yaitu membran tipis dan 2 lapis yang membungkus paru dan melapisi bagian dalam dada. (H. Winter Griffith M.D)
2.      Yang menyebabkan efusi pleura adalah dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan intertisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.
3.      Pasien yang mengalami penyakit efusi pleura mempunyai keluhan utama sebagai berikut :
-          Nyeri dada
-          Sesak napas
-          Batuk-batuk
-          Panas
-          Lebih senang tidur/baring ke satu arah (sisi yang berisi cairan).
Keluhan-keluhan tersebut tergantung dari jumlah dan jenis cairan; kalau banyak atau purulent keluhan lebih berat
B.     SARAN
Dari pembahasan makalah ini kami menyarankan kepada pembaca agar dapat memberikan masukan-masukannya berupa saran, tanggapan dan kritikan atas kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Boswick John. A, 1997. Perawat Gawat Darurat. EGC. Jakarta
Brunner and Suddart. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Volume I. EGC : Jakarta
Doenges Marilynn. E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC : Jakarta
Hudak & Gallo. 1997. Keperawatan Kritis Edisi IV Volume I. EGC : Jakarta
Suyono Slamet, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Edisi III Jilid II. Balai Penerbit FK – UI : Jakarta

Komentar dengan akun facebook

link

SEO Stats powered by MyPagerank.Net
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net

 
Design by Alamsyah Aris | Bloggerized by Alamsyah design | Maros Indonesia