Tekno Solution

Tekno Solution

Rabu, 01 Juni 2011

askep diare


BAB I
 PENDAHULUAN
Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan. Diperkirakan pada anak setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang disebabkan karena diare atau gastroenteritis.
Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak-anak atau usia lanjut, di mana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang sampai berat. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju.Sampai saat ini penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis, masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan puskesmas atau balai pengobatan, hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke puskesmas.
Angka kesakitannya adalah sekitar 200 – 400 kejadian diare dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah lima tahun (± 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami kejadian lebih dari satu kejadian diare.
Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 – 500.000 anak dibawah lima tahun meninggal setiap tahunnya.
Dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5 – 2 juta penderita penyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan pemerintah. Jumlah ini adalah sekitar 10% dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil survei rumah tangga di antara 8 penyakit utama, ternyata penyakit diare mempunyai presentase berobat yang sangat tinggi, yaitu 72% dibandingkan untuk rata-rata penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan.




BAB II
PEMBAHASAN
A.Defenisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang air besar encer tersebut dapat disertai lendir dan darah.
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari namun tidak terus menerus dan dapat disertai penyakit lain. Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari dan berlangsung terus menerus.
B.Etiologi
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus), malabsorpsi, alergi.
1.      Faktor infeksi
             Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, ini meliputi infeksi bakteri (E. coli, Salmonella, Vibrio cholera), virus (enterovirus, adenovirus, rotavirus), parasit (cacing, protozoa). Infeksi parenteral yaitu infeksi yang berasal dari bagian tubuh yang lain diluar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia. Keadaan ini terutama pada bayi berumur dibawah 2 tahun.
2.       Faktor  malabsorbsi
             Gangguan penyerapan makanan akibat malabsorbsi karbohidrat, pada bayi dan anak tersering karena intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan protein.
3.      Faktor alergi makanan
              Faktor makanan misalnya makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan. Penularan melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,seperti
  • Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
  • Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
  • Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.

C. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1.      Gangguan osmotik
            Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2.      Gangguan sekresi
            Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3.      Gangguan montilitas usus
            Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
D.Manifestasi klinik
Mula-mula suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun cekung, tonus dan turgor kulit berkurang selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering.
E.Tes Diagnostik
Apabila penyebab diare tidak diketahui,maka tes diagnostik berikut harus dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap,sifat kimia,urinarisis,dan pemeriksaan feces rutin serta pemeriksaan feces untuk organisme infeksius atau pasit.proktosigmoidoskopi dan enema barium mungkin juga perlu dilakukan.

F . Penataksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.












BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian

a. Biodata Pasien : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tempat Tinggal

b. Biodata Penanggung Jawab Pasien : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tempat Tinggal

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .

c. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga : Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

d. Kebiasaan Sehari hari : Makan dan Minum, Eliminasi, Personal Hygiene

e. Pemeriksaan Head To Toe




2. Diagnosa Keperawatan
  1. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d output berlebihan dan intake yang kurang.
  2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b /d kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
  3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan b/d  proses infeksi sekunder terhadap diare.
  4. Resiko gangguan integritas kulit b/d peningkatan frekuensi BAB.
3. Intervensi

1. Diagnosa 1 :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
  1. Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c) 
  2. Turgor elastik , membran mukosa bibir basah. 
  3. Konsistensi BAB lembek, frekuensi 1 kali perhari
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit : R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2. Pantau intake dan output : R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3. Timbang berat badan setiap hari : R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
4. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr : R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
2. Diagnosa 2 :
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
      1. Nafsu makan meningkat.
2.      BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin) :R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan saluran usus.
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat. : R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan : R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan 

3. Diagnosa 3 :
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil :
1.      Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C).
2.      Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1.Monitor suhu tubuh setiap 2 jam :R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2. Berikan kompres hangat : R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3. Kolaborasi pemberian antipirektik : R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

4.Diagnosa 4 :
Tujuan :Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu.
Kriteria hasil :
1.      Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga.
2.      Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi       
1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur : R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) : R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
3. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam : R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi .

4.Implementasi
Diagnosa 1
1. memantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
2. memantau intake dan output
3. menimbang berat badan setiap hari
4. menganjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Diagnosa 2
1. mendiskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
2. menciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
3. memberikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

Diagnosa 3

1. memonitor suhu tubuh setiap 2 jam
2. memberikan kompres hangat
3. Kolaborasi pemberian antipirektik

Diagnosa 4
1. mendiskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
2. mendemontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
 3. mengatur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam












PENYIMPANGAN KDM

Terkontaminasi dengan bakteri

Masuk ke dalam saluran pencernaan

Mengeluarkan toksin pada dinding usus halus

Merangsang sekresi dinding usus

Peningkatan sekresi dinding usus



peristaltik usus meningkat

Zat makanan tidak diabsorpsi



 


feses menjadi encer

Diare



Komentar dengan akun facebook

link

SEO Stats powered by MyPagerank.Net
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net

 
Design by Alamsyah Aris | Bloggerized by Alamsyah design | Maros Indonesia