Tekno Solution

Tekno Solution

Rabu, 01 Juni 2011

askep hipertensi

BAB I
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
 Istilah Hipertensi diambil dari bahasa inggris ”hypertension”. Kata ”hypertension” itu sendiri bersal dari bahasa latin yaitu ”hyper” dan ”tension”. Hyper berarti super atau laur biasa dan ”tension” berarti tekanan atau tegangan. Hipertensi akhirnya menjadi istilah kedokteran yang populer atau menyebut penyakit tekanan darah tinggi. Disamping itu dalam bahasa inggris digunakan istilah ”High Blood Pressure” yang berarti tekanan darah tingi (Sudarna, 2006).
Hipertensi adalah tekanan darah yanag selalu terbaca dimana sistolik/diastolik diatas 140/90 mmHg. Pada umumnya tekanan darah normal 110/70 mmHg untuk wanita dan 120/80 mmHg bagi pria. Tekanan darah akan sedikit naik sesuai dengan pertambahan usia dan berat badan sesorang. Hipertensi cenderung diturunkan dalam keluarga dan lebih banyak terdapat pada orang tua. Menurut kalangan  medis keadaan ini tidak bisa disembuhkan tetapi bisa dikontrol dengan pola hidup sehat dan obat-obatan (Prayogo, 2000).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah (Lili, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistolnya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolnya diatas 90 mmHg. Pola populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut sebagai pembuluh diam, karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Institusi nasional jantung, paru, dan darah memeperikan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadarkan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner, 2002).
1.      Pembagian Hipertensi
a.       Menurut jenisnya
1)      Hipertensi primer (esensial) adalah penyakit hipertensi yang tidak langsung disebabkan oleh penyebab yang tidak diketahui. Pada umunya penyakit hipertensi primer baru diketahui pada waktu pemeriksaan kesehatan kedokteran. Adapun gejala yang paling sering dirasakan penderita hipertensi primer yaitu sakit kepala.
2)      Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Timbulnya penyakit hipertensi sekunder sebagai akibat daru suatu penyakit kondisi dan kebiasaan seseorang misalnya pada hipertensi yang disebabkan kelainan ginjal. Ginjal yang dirasakan pasien adalah gejala-gejala kelainan ginjal.
b.      Menurut berat dan tinggi peningkatan darah
1)      Hipertensi ringan
Bila tekanan diastolik rata-rata 90 – 110 mmHg.
2)      Hipertensi sedang
Bila tekanan diastolik rata-rata 110 – 130 mmHg.
3)      Hipertensi berat
Bila tekanan diastolik diatas 130 mmHg.
2.    Klasifikasi Hipertensi
Ø Klasifikasi Hipertensi menurut WHO :
a)    Tekanan darah normal yakni jika sistolik kurang atau sama dengan 140 dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b)   Tekanan darah pembatasan yakni sistolik 141 – 149 dan diastolik 91 – 94 mmHg.
c)    Tekanan darah tinggi atau hipertensi yang jika sistolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg (Sudarna, 2006).
Ø NM Kaplan (Bapak Ilmu Penyakit Dalam) memberikan batasan dengan membedakan usia dan jenis kelamin sebagai berikut:
a)    Pria, usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu baring ≥ 130/90 mmHg.
b)   Pria, usia >45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah > 145/95 mmHg.
c)    Pada wanita, tekanan darah ≥ 160/95 mmHg, dinyatakan hipertensi.






Tabel 1
Klasifikasi hipertensi menurut Gardon H Williams.

Tekanan Darah (mmHg)
Klasifikasi
Sistolik
< 140
Normal
140 – 159
Normal tinggi
>159
Hipertensi sistolik tersendiri
Diastolik
<85
Normal 
85 – 80
Normal tinggi
90 – 104
Hipertensi ringan
105 – 114
Hipertensi sedang
> 115
Hipertensi berat

Tabel 2
Klasifikasi hipertensi menurut National Institute of Health
Lembaga Keshatan Nasional di Amerika.


Tekanan Darah (mmHg)
Klasifikasi
Sistolik
< 119
Normal
120 – 139
Pra hipertensi
140 – 159
Hipertensi derajat 1
≥ 160
Hipertensi derajat 2
Diastolik
< 79
Normal 
80 – 89
Pra hipertensi
90 – 99
Hipertensi derajat 1
> 100
Hipertensi derajat 2
B.     ETIOLOGI
     Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer
Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
     Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
      Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
C. Patofisiologi
     Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan pabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium.
     Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung.
D.    Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah.
E.       Gejala Klinis
Peninggian tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi essensial. Kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata, obat dan jantung. Gejala-gejala seperti yang sering dijumpai pada penderita hipertensi yaitu:
a.              Pusing
b.             Mudah marah
c.              Telinga berdengung
d.             Mimisan
e.              Sukar tidur
f.              Sesak napas
g.             Mudah lelah
h.             Mata berkunang-kunang
F. Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
    Penatalaksanaan Medis Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.
G.     Test diagnostic.
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.
h. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.













BAB II
KONSEP ASKEP
A.    Pengkajian
a. Aktivitas/ Istirahat.
1. Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2. Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
1. Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
2. Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego.
1. Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
2. Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
1. Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu.)
e. Makanan/cairan
1. Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
2. Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
f. Neurosensori
1. Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).
2. Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
1. Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit kepala.
h. Pernafasan
1. Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
2. Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
1. Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
j. Pembelajaran/Penyuluhan
1. Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM.
2. Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara, penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
3. Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri TD/perubahan dalam terapi obat.
B.Diagnosa, Kriteria hasil dan Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1 .
    Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.
b. Kriteria Hasil :
    Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat
iterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
c. Intervensi
1. Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler).
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena).
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada pasien hipertensi beratkarena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik).
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler. (adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung).
5. Catat adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler).
6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. (membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi).
7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. (dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah).
8. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therafi anti hipertensi,deuritik. (menurunkan tekanan darah).
a.  Dignosa 2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
b. Kriteria Hasil :
Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
c. Intervensi
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja / jantung).
2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung).
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
5. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas. (Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan).
a.  Diagnosa 3
Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
b. Kriteria Hasil :
Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan.
Intervensi
1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi).
2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya).
3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk. (Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral).
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien).
5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan. (menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan).
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll. (Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis).
C.    Evaluasi
Resiko penurunan jantung tidak terjadi, intoleransi aktivitas dapat teratasi, rasa sakit kepala berkurang bahkan hilang, klien dapat mengontrol pemasukan / intake nutrisi, klien dapat menggunakan mekanisme koping yang efektif dan tepat, klien paham mengenai kondisi penyakitnya.












D. PENYIMPANGAN KDM
                                                                   Medulla

                                                               Norepineprin

                                                             Vasokontriksi             kelenjar adrenal
                                                                                                                 aldosteron
                                                             Iskemia ginjal                Retensi Na + air


 

                                                                    Renin                \volume intravaskuler ↑


 

                                                             Angiotensin 1                    Hipertensi
                                                                       
Angiotensin 11


Komentar dengan akun facebook

link

SEO Stats powered by MyPagerank.Net
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net

 
Design by Alamsyah Aris | Bloggerized by Alamsyah design | Maros Indonesia