A. Pengertian
Bronkiektasis adalah suatu perusakan dan pelebaran (dilatasi)
abnormal dari saluran pernafasan yang besar. Bronkiektasis bukan merupakan
penyakit tunggal, dapat terjadi melalui berbagai cara dan merupakan akibat dari
beberapa keadaan yang mengenai dinding bronkial, baik secara langsung
maupun tidak, yang mengganggu sistem pertahanannya.
Keadaan ini mungkin menyebar luas, atau mungkin muncul
di satu atau dua tempat. Secara khusus, Bronkiektasis menyebabkan pembesaran
pada bronkus yang berukuran sedang, tetapi bronkus berukuran kecil yang berada
dibawahnya sering membentuk jaringan parut dan menyempit.
Kadang-kadang Bronkiektasis terjadi pada bronkus yang
lebih besar, seperti yang terjadi pada aspergilosis bronkopulmoner alergika (suatu keadaan yang disebabkan oleh adanya
respon imunologis terhadap jamur Aspergillus).
Dalam keadaan normal, dinding bronkus terbuat dari
beberapa lapisan yang ketebalan dan komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari
saluran pernapasan.
Lapisan dalam (mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa) mengandung sel-sel yang melindungi saluran pernafasan dan paru-paru dari zat-zat yang berbahaya. Sel-sel ini terdiri dari:
Lapisan dalam (mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa) mengandung sel-sel yang melindungi saluran pernafasan dan paru-paru dari zat-zat yang berbahaya. Sel-sel ini terdiri dari:
-
sel penghasil lendir
-
sel bersilia, yang memiliki
rambut getar untuk membantu menyapu partikel-partikel dan lendir ke bagian atas
atau keluar dari saluran pernafasan
-
sel-sel lainnya yang berperan
dalam kekebalan dan sistem pertahanan tubuh, melawan organisme dan zat-zat yang
berbahaya lainnya.
Struktur saluran pernafasan dibentuk oleh serat elastis,
otot dan lapisan kartilago (tulang rawan), yang memungkinkan
bervariasinya diameter saluran pernafasan sesuai kebutuhan. Pembuluh darah dan
jaringan limfoid berfungsi sebagai pemberi zat makanan dan sistem pertahanan
untuk dinding bronkus.
Pada Bronkiektasis daerah dinding bronkus rusak dan
mengalami peradangan kronis, dimana sel bersilia rusak dan pembentukan lendir
meningkat. Ketegangan dinding bronkus yang normal juga hilang. Area yang
terkena menjadi lebar dan lemas dan membentuk kantung yang menyerupai balon
kecil.
Penambahan lendir menyebabkan kuman berkembang biak,
yang sering menyumbat bronkus dan memicu penumpukan sekresi yang terinfeksi dan
kemudian merusak dinding bronkus. Peradangan dapat meluas ke kantong udara
kecil (alveoli) dan menyebabkan bronkopneumonia, jaringan parut
dan hilangnya fungsi jaringan paru-paru.
Pada kasus yang berat, jaringan parut dan hilangnya
pembuluh darah paru-paru dapat melukai jantung. Peradangan dan peningkatan
pembuluh darah pada dinding bronkus juga dapat menyebabkan batuk darah.
Penyumbatan pada saluran pernafasan yang rusak dapat menyebabkan rendahnya
kadar oksigen dalam darah.
Bronkiektasis merupakan kelainan
morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap
disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular dinding bronkus ( Soeparman
& Sarwono, 1990)
Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari
bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis berulang dan memanjang,aspirasi benda asing,
atau massa (
mis. Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi ( Hudak &
Gallo,1997).
Bronkiektasis adalah dilatasi permanen
abnormal dari salah satu atau lebih cabang-vabang bronkus yang besar ( Barbara
E, 1998).
Klasifikasi
Berdasarkan
atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.
Bronkiektasis silindris
2.
Bronkiektasis fusiform
3.
Bronkiektasis kistik atau sakular.
Etiologi
1. Infeksi
2. Kelainan
heriditer atau kelainan konginetal
3.
Faktor mekanis yang mempermudah
timbulnya infeksi
4.
Sering penderita mempunyai riwayat
pneumoni sebagai komplikasi campak, batuk rejan, atau penyakit menular lainnya semasa
kanak-kanak.
B. Anatomi
Saluran
penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx
trachea, bronkus, dan bronkiolus.
Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea
dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah
dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar,
dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang
kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi
beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus
menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli
(kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I
mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi
oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke
bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara
karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas
paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas
assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki
kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya
dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir
paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira
0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai
Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori
kohn.
C. Gambaran Klinis
Bronkiektasis
merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda, 69 % penderita berumur kurang dari 20 tahun. Gejala dimulai sejak masa kanak-kanak, 60 % dari penderita gejalanya
timbul sejak umur kurang dari 10 tahun. Gejalanya tergantung dari luas, berat,
lokasi ada atau tidaknya komplikasi. Gejala tersering adalah batuk kronik
dengan sputum yang banyak. Batuk dan pengeluaran sputum dialami paling sering
pada pagi hari, setelah tiduran atau
berbaring pada posisi yang berlawanan dengan sisi yang mengandung kelainan
bronkiektasis.
Pada bronkiektasis ringan atau yang hanya mengenai satu
lobus saja, mungkin tidak terdapat gejala. Kalau pun ada, biasanya batuk
bersputum yang menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu. Komplikasi pneumonia
jarang dan progresivitasnya lambat. Pada bronkiektasis berat, pasien mengalami
batuk terus menerus dengan sputum yang banyak (200-300 ml) yang bertambah berat
bila terjadi infeksi saluran nafas atas. Biasanya dapat diikuti dengan demam,
tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pluera dan lemah
badan. Sesak nafas dan sianosis timbul pada kelainan yang luas. Hemoptisis
mungkin merupakan satu-satunya gejala, sebab itu bronkiektasis harus dipikirkan
bila terdapat hemoptisis yang tidak jelas sebabnya.
Pada pemeriksaan fisik yang terpenting adalah terdapat
ronki basah sedang sampai kasar pada daerah yang terkena dan menetap pada
pemeriksaan yang berulang. Kadang-kadang dapat ditemukan ronki kering dan
bising mengi. Ditemukan perkusi yang redup dan suara nafas yang melemah bila
terdapat komplikasi empiema. Jari tabuh didapatkan pada 30-50% kasus. Pada
kasus yang berat mungkin terdapat sianosis dan tanda kor pulmonal (Arief
Mansjoer dkk, 1999).
Tanda dan
Gejala
1. Batuk yang
menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari,setelah tiduran dan
berbaring.
2. Batuk dengan
sputum menyertai batuk pilek selama 1-2
minggu atau tidak ada gejala sama sekali ( Bronkiektasis ringan )
3. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak
kurang lebih 200 - 300 cc, disertai
demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan
lemah badan kadang-kadang sesak nafas
dan sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan batuk darah.
4.
Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50
% kasus.
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemerisaan Laboratorium.
§
Pemeriksaan sputum meliputi Volume
sputum, warna sputum, sel-sel dan bakteri dalam sputum.
Bila terdapat
infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan
mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan sputum dapat menghasilkan
flora normal dari nasofaring, streptokokus pneumoniae, hemofilus influenza,
stapilokokus aereus,klebsiela, aerobakter,proteus, pseudomonas aeroginosa.
Apabila ditemukan sputum berbau busuk
menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.
§ Pemeriksaan darah
tepi.
Biasanya
ditemukan dalam batas normal. Kadang
ditemukan adanya leukositosis menunjukkan adanya supurasi yang
aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang menahun.
§ Pemeriksaan urin
Ditemukan dalam
batas normal, kadang ditemukan adanya
proteinuria yang bermakna yang disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin
serum biasanya dalam batas normal Kadan bisa meningkat atau menurun.
§ Pemeriksaan EKG
EKG biasa dalam
batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada komplikasi korpulmonal
atau tanda pendorongan jantung. Spirometri pada kasus ringan mungkin normal
tetapi pada kasus berat ada kelainan obstruksi dengan penurunan volume
ekspirasi paksa 1 menit atau penurunan
kapasitas vital, biasanya disertai insufisiensi pernafasan yang dapat mengakibatkan :
Ø Ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi
Ø
Kenaikan perbedaan tekanan PO2
alveoli-arteri
Ø Hipoksemia
Ø Hiperkapnia
§ Pemeriksaan
tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi dilakukan pemerisaan :
o Pemeriksaan
imunologi
o Pemeriksaan
spermatozoa
o Biopsi bronkus
dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang).
2. Pemeriksaan
Radiologi.
·
Foto dada PA dan
Lateral
Biasanya
ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar
dan batas-batas corakan menjadi kabur, mengelompok,kadang-kadang ada
gambaran sarang tawon serta gambaran
kistik dan batas-batas permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus
paru kiri, karena mempunyai diameter yang lebih kecil kanan dan letaknya
menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri dan lobus medius paru kanan.
·
Pemeriksaan bronkografi
Bronkografi tidak
rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk mengevaluasi penderita
yang akan dioperasi yaitu pendereita dengan pneumoni yang terbatas pada suatu
tempat dan berulang yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat
pengobatan konservatif atau penderita
dengan hemoptisis yang masif.
Bronkografi
dilakukan sertalah keadaan stabil,setalah pemberian antibiotik dan postural
drainage yang adekuat sehingga bronkus
bersih dari sekret..
E. Penatalaksanaan
1.
Medis
Tujuan pengobatan
adalah memperbaiki drainage sekret dan mengobati infeksi.
Penatalaksanaan
meliputi :
·
Pemberian antibiotik dengan spekrum luas (Ampisillin,Kotrimoksasol,
atau amoksisilin) selama 5- 7 hari pemberian
·
Drainage postural dan latihan fisioterapi untuk
pernafasan.serta batuk yang efektif untuk mengeluarkan sekret secara maksimal
Pada saat
dilakukan drainage perlu diberikan
bronkodilator untuk mencegah
bronkospasme dan memperbaiki drainage sekret. Serta dilakukan hidrasi yang
adekuat untuk mencegah sekret menjadi kental dan dilengkapi dengan alat pelembab
serta nebulizer untuk melembabkan sekret.
Terapi
·
Deteksi dini dan terapi
komprehensif multidispliner meningkatkan kesempatan untuk sembuh dan
pengurangan gejala-gejala. Direkomendasinya untuk mengacu pada daerah fibsosis
kistik di tengah fokus program pengobatan konvensional adalah untuk
membersihkan dan mengurangi sekresi jalan nafas meliputi bagian bawah,
mengurangi bronkhiektasis, pengobatan infeksi traktus respiratorius dan bakteri
disekitar jalan napas, penngantian enzim pankreas, peningkatan gizi, terapi
psikologis (termasuk consoling genetik dan pekerjaan).
·
Pembersihan sekresi jalan napas
bagian bawah dapat dilakukan dengan
drainase kostural dan perkusi dada atau teknik fibrasi tekanan aspirasi
positif (PEP) atau flutter value breathing batuk terarah, dan teknik pernapasan
lain.
Pendekatan ini membutuhkan penjelasan secara detail kepada pasien
oleh seorang instruktur yang berpengalaman. Kekentalan sputum pada fibrosis
kistik meningkat oleh banyaknya DNA ekstraseluler yang dihasilkan dari peradangan
kronis jalan nafas dan autolisis dari neutrofil. Rekumbinan human
dioksiribonuklease (rh DNAase) yang dihirup membelah DNA ekstraseluler disputum
dan ketika diberi secara berkala dengan nebulizer dosis harian 2,5 mg
menunjukkan peningkatan FEV1 dan menurunkan resiko fibrosis kistik yang
berhubungan dengan eksaserbasi respirasi dan kebutuhan antibiotik intrafena.
Faringitis, laryngitis, dan perubahan suara adalah efek merugikan yang sering
terjadi.
Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi aktif jalan napas
didasarkan hasil tes kultur dan sensifitas sputum. S.
Aureus (termasuk rantai methicillin yang resisten) dan varian
mukoid paeroginasa sering tampak.
Haemophillus Influenzae,
Stenotropomonas Maltophilia dan Burklolderia Cepacia yang saat ini merupakan organisme yang resisten terhadap
obat kadang terisolasi. Penggunaan antibiotik aerosol (larutan inhalasi
tobramycin dan yang lainnya), untuk terapi pencegahan infeksi draktus
respiratorius bagian bawah kadang berguna. Walaupun beberapa penelitian menunjukkan
penurunan eksaserbasi dan peningkatan FEV1 pada pasien kronik yang terinfeksi
oleh P. Aeroginosa, diperlukan perhatian tentang timbulnya resistensi segera
organisme terhadap obat, kontaminasi alat oleh bakteri cepacia, dan efek
samping seperti broncospasme.
·
Bronkodilator inhaler seperti
albutero (dibutuhkan dua puff tiap empat jam) perlu diperhatikan pada pasien
yang menunjukkan peningkatan 10% FEV1 setelah menghirup bronkodilator.
Vaksinasi pneomococcal dan influenza disarankan. Selain itu juga dianjurkan
skrining anggota keluarga untuk konseling genetik pada pasien fibrosis kistik.
·
Transplantasi paru merupakan
satu-satunya terapi definitif untuk fibrosis kistik berat dibutuhkan
transplantasi labor paru untuk pasien yang telah diseleksi. Angka harapan hidup
tiga tahun setelah transplantasi untuk fibrosis kistik 55%.
·
Terapi yang dikembangkan dalam
penelitian untuk fibrosis kistik meliputi agen antiinflamasi (seperti ibuprofen
fentoxyfillin, anti protease), agen protein modifikasi (seperti milrinone, penilbubrat),
agen ion transport (seperti amylase) dan terapi gen.
2.
Askep
a.
Pengkajian
Data-data yang
perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan bronkiektasis (Doenges, 2000) ialah sebagai berikut :
-
Riwayat PerjalananPenyakit
Keluhan utama : Sesak napas
1)
Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Keletihan, kelelahan, malaise, ketidak mampuan
melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas, ketidakmampuan untuk
tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Objektif :
Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan
umum, kehilangan massa
otot.
Subjektif : mual/muntah, ketidak mampuan untuk makan karena distress
pernapasan.
Objektif : Turgor kulit jelek, edema dependen,
berkeringat, penurunan BB.
3)
Respirasi
Subjektif : Napas pendek, khususnya pada kerja dan cuaca,
rasa dada tertekan, lapar udara kronis ; batuk menetap dengan produksi sputum
setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimun 3 bulan berturut-turut
tiap tahun sedikitnya 2 tahun, episode batuk hilang timbul.
Riwayat pneumonia
berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernapasan dalam jangka panjang
(misalnya rokok sigaret) atau debu/asap (misalnya, asbes, debu batu bara, rami
katun, serbuk gergaji), faktor keluarga dan keturunan, penggunaan oksigen pada
malam hari atau terus menerus.
Objektif : Pernapasan biasanya cepat, lebih memilih
posisi tiga titik (tripot) untuk bernapas.
Penggunaan otot
bantu pernapasan, misalnya meninggikan bahu,, retraksi fossa supra klafikula,
cuping hidung
Dada dapat
terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk barrel), gerakan
diafragma minimal.
Perkusi :
Hiperresonan pada area paru (misalnya jebakan udara dengan emfisema ; bunyi
pekak pada area paru (misalnya konsolidasi, cairan, mukosa)
Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari empat atau lima kata sekaligus.
Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku ; abu-abu keseluruhan ;
warna merah.
4)
Keamanan
Subjektif : Riwayat allergi atau sensitif terhadap
zat/faktor lingkungan, adanya/berulangnya infeksi.
5)
Integritas ego
Subjektif : Peningkatan faktor
resiko, perubahan pola hidup.
Objektif : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
6)
Sirkulasi
Subjektif : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Objektif : Peningkatan tekanan darah, peningkatan
frekuensi jantung/takikardi berat, distritmia, distensi vena jugularis
(penyakit berat), edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung,
bunyi jantung redup b.d peningkatan diameter AP dada), warna kulit/membran
mukosa ; normal atau abu-abu/sianosis, kuku tabuh dan sianosis perifer, pucat
dapat menunjukkan anemia.
7)
Higiene
Subjektif : penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
bantuan melakukan aktifitas sehari-hari.
Objektif : kebersihan buruk, bau badan.
8)
Seksualitas
Subjektif : penurunan libido.
9)
Interkasi sosial
Subjektif : Hubungan ketergantungan, kurangnya sistem
pendukung, kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat, penyakit
lama atau ketidakmampuan membaik
Objektif : Ketidak mampuan untuk membuat/mempertahankan
suara karena distres pernapasan, keterbatasan mobilitas fisik, kelainan
hubungan dengan anggota keluarga lain.
10) Penyuluhan/Pembelajaran
Subjektif : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan,
kesulitan menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur, kegagalan
untuk membaik.
Objektif : kebersihan buruk, bau badan.
-
Riwayat Kesehatan yang lalu
1)
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
a)
Pernah sakit batuk yang lama dan tidak
sembuh-sembuh.
b)
Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
c)
Pernah berobat tetapi tidak teratur.
d)
Riwayat kontak dengan Allergen.
e)
Daya tahan tubuh yang menurun.
2)
Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
a)
Kapan pasien mendapatkan pengobatan
sehubungan dengan sakitnya.
b)
Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
c)
Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya.
d)
Kapan pasien mendapatkan pengobatan
terakhir.
3)
Riwayat Sosial Ekonomi:
a)
Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja,
jumlah penghasilan.
b)
Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat
berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu
yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien,
tidak bersemangat dan putus harapan.
4)
Faktor Pendukung:
a)
Riwayat lingkungan.
b)
Pola hidup
Nutrisi,
kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.
c)
Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang
penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
-
Pemeriksaan Diagnostik:
1)
Sinar x dada : menunjukkan hiperinflasi paru-paru,
mendatarnya diafrgma, peningkatan area udara retrosternal.
2)
Tes Fungsi paru (spirometri) : dilakukan untuk mengetahui
penyebab dispnea, untuk menentukan fungsi abnormal adalah obstruksi atau
retriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengetahui efek
terapi.
3)
TLC.
4)
Volume residu.
5)
FEVI/FVC.
6)
GDA : memperkirakan progresi proses
penyakit kronis, paling sering PaO2 menurun.
7)
Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi
silindris bronkus pada inspirasi.
8)
Sputum : kultur untuk menntukan infeksi,
mengidentifikasi patogen ; pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui kegananasan
dan gangguan alergi.
9)
EKG : deviasi aksis kanan.
10) EKG latihan (tes
stres) : membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru, mengevaluasi
kefektifan terapi bronkodilator, perencanaan/evaluasi program latihan.
b.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan bronkiektasis adalah :
Kerusakan pertukaran gas b.d ketidaksamaan ventilasi-perfusi.
§ Bersihan jalan
nafas tidak efektif b.d bronkokonstriksi, peningkatan produksi lendir, batuk
tidak efektif, dan infeksi bronkopulmonal.
§ Pola pernapasan
tidak efektif b.d napas pendek, lendir, bronkokonstriksi, dan iritan jalan
napas.
§ Defisit perawatan
diri b.d keletihan sekunder akibat peningkatan uoaya pernapasan dan
insufisiensi ventilai dan oksigenasi.
§ Intoleransi aktifitas
b.d keletihan, hipoksemia, dan pola pernapasan tidak efektif.
§ Koping individu
tidak efektif b.d kurang sosilaisasi, ansietas, depresi, tingkat aktivitas rendah, dan ketidakmampuan
untuk bekerja.
§ Defisit
pengetahuan tentang prosedur perawatan diri yang akan dilakukan dirumah.
§ Masalah
kolaboratif
c.
Rencana Keperawatan
Adapun rencana
keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah
dirumuskan sebagai berikut:
-
Kerusakan pertukaran gas b.d
ketidaksamaan ventilasi-perfusi
Tujuan
: Perbaikan dalam pertukaran gas
Intervensi
1)
Berikan bronkodilator sesuai yang diharuskan
a)
Dapat diberikan peroral, intravena,
rektal, atau dengan inhalasi.
b)
Berikan bronkodilator oral atau
intravena pada waktu yang berselingan dengan tindakan nebuliser, inhaler dosis
terukur, atau IPPB untuk memperpanjang keefektifan obat.
c)
Observasi efek samping :
takikardia, distritmia, eksitasi sistem saraf pusat, mual dan muntah.
Rasional : Bronkodilator mendilatasi jalan napas dan memabntu melawan
edeme mukosa bronkial dan spasme muskular. Karena efek samping dapat terjadi
pada tindakan ini, dosis obat disesuaikan dengan cermat untuk setiap pasien,
sesuai dengan toleransi dan respons klinisnya.
2)
Evaluasi efektivitas tindakan nebuliser,
inhaler dosis terukur, atau IPPB
a)
Kaji penurunan sesak napas, penurunan
mengi atau krekels, kelonggaran sekresi, penurunan ansietas.
b)
Pastikan bahwa tindakan diberikan
sebelum makan untuk menghindari mual dan untuk mengurangi keletihan yang
menyertai aktivitas makan.
Rasional
: Mengkombinasikan medikasi dengan
aerosolized bronkodilator nebulisasi biasanya digunakan untuk mengendalikan
bronkokonstriksi. Pemberian tindakan yang tidak tepat akan mengurangi
keefektifannya. Aerolisasi memudahkan klirens bronkial, membantu mengendalikan
proses inflamasi, dan memperbaiki fungsi ventilasi.
4)
Instruksikan dan berikan dorongan pada pasein pada pernapasan
diafragmatik dan batuk yang efektif.
Rasional : Teknik
ini memeperbaiki ventilasi dengan membuka jalan napas dan membersihkan jalan
napas dari sputum. Pertukaran gas
diperbaiki.
5)
Berikan oksigen dengan metode yang
diharuskan.
a)
Jelaskan pentingnya tindakan ini pada
klien.
b)
Evaluasi efektifitas; amati tanda-tanda
hipoksia, ingatkan dokter jika timbul gelisah, ansietas, somnolen, sianosis,
atau takikardi
c)
Analisa gas darah arteri dan bandingkan
dengan nilai dasar, bila pungsi arteri dilakukan dan sampel darah diambil,
tekan tempat pungsi selama 5 menit untuk mencegah perdarahan arteri.
d)
Lakukan oksimetri nadi untuk memantau saturasi oksigen.
e)
Jelaskan bahwa tidak merokok dianjurkan pada klienatau
pengunjung ketika oksigen diberikan.
Rasionl : Oksigen akan memperbaiki hipoksemia. Diperlukan observasi yang
cermat tarhadap aliran atau prosentase yang diberikan dan efeknya bpada pasien.
Jika pasien mengalami retensi CO2 kronis, maka hipoksia dirangsang
untuk bernapas. Kelebihan oksigen dapat menekan dorongan hipoksik dan dapat
terjadi kematian. Pasien ini umumnya
membutuhkan laju aliran oksigen yang rendah 1 s.d 2 L/menit. Gas darah arteri
periodik dan oksimetri nadi membantu untuk evaluasi keadekuatan oksigenasi
-
Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d bronkokonstriksi, peningkatan produksi lendir,
batuk tidak efektif, dan infeksi bronkopulmonal
Tujuan :
Pencapaian klirens jalan napas dengan kriteria:
Intervensi
1)
Beri klien 6 s.d 8 gelas cairan/hari
kecuali terdapat kor pulmonal.
Rasional
: Hidrasi sistemik menjaga sekresi tetap
lembab dan memudahkan untuk pengeluaran. Cairan harus diberikan dengan
kewaspadaan jika terdapat gagal jantung kanan.
2)
Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan
teknik pernapasan diafragmatik dan batuk.
Rasional: tekhnik ini akan membantu memperbaiki
ventilasi dan untuk menhghasilkan sekresi tanpa menyebabkan sesak napas dan
keletihan.
3)
Bantu dalm pemberian tindakan nebuliser,
inhaler dosisi terukur, atau IPPB.
Rasional : Tindakan ini menambah air kedalam percabangan
bronkial dan pada sputum, menuunkan kekentalannya, sehingga memudahkan evakuasi
sekresi.
4)
Lakukan drainase postural dengan perkusi
dan vibrasi pada pagi hari dan malam hari sesuai yang diharuskan.
Rasional : menggunakan gaya gravitasi untuk membantu
membangkitkan sekresi sehingga sekresi dapat lebih mudah dibatukkan atau
diisap..
5)
Instruksikan klien untuk menghindari
iritan seperti asap rokok, aerosol, suhu yang ekstrim dan asap.
Rasional : iritan bronkial
menyebabkan bronkokonstriksi dan meningkatkan pembentukan lendir, yang kemudian
membantu klirens jalan napas.
6)
Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi
yang harus dilaporkan pada dokter dengan segera:
a)
Peningkatan sputum
b)
Perubahan dalam warna sputum
c)
Peningkatan kekentalan sputum
d)
Peningkatan napas pendek, rasa sesak
didada, keletihan
e)
Peningkatan batuk
Rasional : infeksi pernapasan minor yang tidak memberikan
konsekuensi pada individu dengan paru-paru yang normal dapat dapat menyebabkan
gangguan fatal bagi individu dengan empisema. Pengenalan diri sangat penting.
7)
Berikan antibiotik sesuai resep dokter:
Rasional: Abtibiotik
untuk mencegah atau mengatasi infeksi
8)
Berikan dorongan kepada klien untuk
melakukan imunisasi terhadap influensa dan streptococcus pneumonia:
Rasional: Individu dengan kondisi pernapasan rentan
terhadap infksi dan diberikan dorongan untuk melakukan imunisasi
-
Pola
pernapasan tidak efektif b.d napas pendek, lendir, bronkokonstriksi, dan iritan
jalan napas
Tujuan : Perbaikan dalam pola pernapasan.
Intervensi
1)
Ajarkan klien pernapasan diafragmatik
dan pernapasan bibir dirapatkan.
Rasional : membantu klien memperpanjang waktu ekspirasi, dengan tekhnik ini
klien akan bernapas lebih efektif dan lebih efesien.
2)
Berikan dorongan untuk menyelingi
aktivitas dengan periode istirahat, biarkan klien membuat beberapa keputusan
(mandi, bercukur) tentang perawatannya berdasarkan pada tingkat toleansi
pasien.
Rasional : memberikan
jeda aktifitas akan memungkinkan klien untuk melakukan aktifitas tanpa distres
berlebihan.
3)
Berikan dorongan penggunaan pelatihan
otot-otot pernapasan jika diaharuskan.
Rasional
: menguatkan dan mengkondisikan otot-otot
pernapasan.
-
Defisit
perawatan diri b.d keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernapasan dan
insufisiensi ventilasi dan oksigenasi
Tujuan: Kemandirian dalam aktifitas perawatan diri.
Intervensi :
1)
Ajarkan klien untuk mengkoordinasikan
pernapasan diafragmatik dengan aktivitas (misalnya berjalan, membungkuk).
Rasional : Akan memungkinkan klien
untuk lebih aktif dan untuk menghindari keletihan yang berlebihan atau dispnea
selama aktivitas.
2)
Berikan dorongan untuk mulai mandi
sendiri, berpakaian sendiri, berjalan, dan minum cairan. Bahas tentang tindakan
penghematan energi.
Rasional : Sejalan dengan tertasinya kondisi,
klien mampu melakukan lebih banyak namun perlu didorong untuk menghindari
peningkatan ketergantungan.
3)
Ajarkan tentang drainase postural bila
memungkinkan.
Rasional : Memberikan
dorongan ntuk terlibat dalam perawatan dirinya, membangun harga diri dan
menyiapkan klien untuk mengatasinya dirumah
-
Intoleransi
aktivitas akibat keletihan, hipoksemia, dan pola pernapasan tidak efektif
Tujuan : Perbaikan
dalam toleran aktivitas.
Intervensi
1)
Dukung pasien dalam melakukan regimen latihan tertaur dengan
menggunakan treadmill dan exercyde, berjalan atau latihan lainnya yang sesuai,
seperti berjalan perlahan :
a)
Kaji tingkat fungsi klien yang terakhir dan kembangkan
rencana latihan berdasarkan pada status fungsi dasar.
b)
Sarankan konsultasi dengan ahli terapi fisik untuk menentukan
program latihan spesifik terhadap kemampuan klien, siapkan unit oksigen
portabel untuk berjaga-jaga jika diperlukan selama latihan.
Rasional : Otot-otot yang mengalami kontaminasi
membutuhkan lebih banyak oksigen dan memberikan beban tambahan pada paru-paru.
Melalui latihan yang teratur, bertahap kelompok otot ini menjadi lebih
terkondisi, dan klien dpat melakukan lebih banyak tanpa mengalami napas pendek,
latihan yang bertahap memutus siklus yang bertahap ini
-
Koping individu tidak efektif
b.d kurang sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat aktifitas rendah, dan
ketidakmampuan untuk bekerja
Tujuan :
Pencapaian tingkat koping yang
optimal.
Intervensi
1)
Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan
memberikan semangat yang ditujukan pada klien.
Rasional : Suatu perasaan
harapan atau memberikan klien sesuatu yang dapt dikerjakan, ketimbang sikap
yang merasa kalah tidak berdaya.
2)
Dorong aktivitas sampai tingkat
tpleransi gejala.
Rasional : Aktifitas mengurangi
ketegangan dan mengurangi tingkat disonea sejalan dengan klien menjadi
terkondisi.
3)
Ajarkan tekhnik relaksasi atau berikan
rekaman untuk relasasi bagi klien.
Rasional : Relaksasi mengurangi
stress dan ansietas dan membantu klien untuk mengatasi ketidakmampuannya.
4)
Daftarkan klien pada program rehabilitasi pulmonari bila
tersedia.
Rasional : Program rehabilitasi
paru telah menunjukkan dapat meningkatkan perbaikan subyektif status dan harga
diri pasien juga meningkatkan toleransi
latihan serta mengurangi hospitalisasi .
5)
Sarankan konseling vokasional untuk
menggali kesempatan alternatif pekerjaan (jika memungkinkan)
Rasional : Modifikasi pekerjaan mungkin harus dibuat
dan sumber-sumber yang sesuai digunakan untuk mencapai tujuan ini.
-
Defisit pengetahuan tentang
prosedur perawatan diri yang akan dilakukan di rumah
Tujuan : Kepatuhan dengan program terapeutik dan perwatan di
rumah.
Intervensi
1)
Bantu klien mengerti tentang tujuan
jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
ü
Ajarkan klien tentang penyakit dan
perawatannya
Rasional : Klien harus mengetahui bahwa ada rencana dan metode dimana ia
memainkan peranan yang besar pasien harus mengetahui apa yang diperkirakan.
Mengajarkan klien tentang kondisinya adalah salah satu aspek yang paling
penting dari perawatnnya ; tindakan ini akan menyiapkan klien untuk hidup dalam
dan mengatasi kondisi serta memperbaiki kualitas hidup.
2) Diskusikan
keperluan untuk berhenti merokok, berikan informasi tentang sumber-sumber
kelompok.
Rasional : Asap tembkau menyebabkan kerusakan pasti
pada paru dan menghilangkan mekanisme proteksi paru-paru. Aliran udara
terhambat dan kapasitas paru menurun
d.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1)
Menunjukkan perbaikan pertukaran gas dengan menggunakan
bronkodilator dan terapi oksigen sesuai yang diresepkan.
a)
Tidak menunjukkan tanda-tanda
kegelisahan, konfusi atau agitasi
b)
Mempunyai nilai-nilai gas darah arteri yang stabil (tidak
mesti nilai-nilai yang normal)
2)
Mencapai bersihan jaan napas
a)
Berhenti merokok.
b)
Menghindari bahan-bahan yang merangsang dan suhu ekstrim
c)
Meningkatkan masukan cairan 6 hingga 8
gelas perhari
d)
Melakukan drainase postural dengan
benar.
e)
Mengetahui tanda-tanda dini infeksi dan
waspada terhadap pentingnya melaporkan tanda-tanda ini jika terjadi
3)
Memperbaiki pola pernapasan.
a)
Berlatih dan menggunakan pernapasan diafragma dan bibir
dirapatkan
b)
Menunjukkan penurunan tanda-tanda upaya
bernapas
4)
Melakukan aktivitas perawatan diri dalam
batasan toleransi.
a)
Mengatur aktivitas untuk menghindari
keletihan dan dispnea.
b)
Menggunakan pernapasan terkendali ketika
melakukan aktivitas
5)
mencapai toleransi aktivitas, dan
melakukan latihan serta melakukan aktivitas dengan sesak napas lebih sedikit
6)
Mendapatkan mekanisme koping yang
efektif serta Ikut serta dalam program rehabilisasi paru.
7)
Patuh terhadap program terapeutik.
a)
Mengikuti regimen pengobatan yang diharuskan
b)
Berhenti merokok
c)
Mempertahankan tingkat aktivitas yang
dapat diterima.