Tekno Solution

Tekno Solution

Jumat, 06 April 2012

ASKEP BRONKIETASIS





A.    Pengertian
Bronkiektasis adalah suatu perusakan dan pelebaran (dilatasi) abnormal dari saluran pernafasan yang besar. Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat terjadi melalui berbagai cara dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai dinding bronkial, baik secara langsung maupun tidak, yang mengganggu sistem pertahanannya.
Keadaan ini mungkin menyebar luas, atau mungkin muncul di satu atau dua tempat. Secara khusus, Bronkiektasis menyebabkan pembesaran pada bronkus yang berukuran sedang, tetapi bronkus berukuran kecil yang berada dibawahnya sering membentuk jaringan parut dan menyempit.
Kadang-kadang Bronkiektasis terjadi pada bronkus yang lebih besar, seperti yang terjadi pada aspergilosis bronkopulmoner alergika (suatu keadaan yang disebabkan oleh adanya respon imunologis terhadap jamur Aspergillus).
Dalam keadaan normal, dinding bronkus terbuat dari beberapa lapisan yang ketebalan dan komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran pernapasan.
Lapisan dalam (mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa) mengandung sel-sel yang melindungi saluran pernafasan dan paru-paru dari zat-zat yang berbahaya. Sel-sel ini terdiri dari:
-        sel penghasil lendir
-        sel bersilia, yang memiliki rambut getar untuk membantu menyapu partikel-partikel dan lendir ke bagian atas atau keluar dari saluran pernafasan
-        sel-sel lainnya yang berperan dalam kekebalan dan sistem pertahanan tubuh, melawan organisme dan zat-zat yang berbahaya lainnya.
Struktur saluran pernafasan dibentuk oleh serat elastis, otot dan lapisan kartilago (tulang rawan), yang memungkinkan bervariasinya diameter saluran pernafasan sesuai kebutuhan. Pembuluh darah dan jaringan limfoid berfungsi sebagai pemberi zat makanan dan sistem pertahanan untuk dinding bronkus.
Pada Bronkiektasis daerah dinding bronkus rusak dan mengalami peradangan kronis, dimana sel bersilia rusak dan pembentukan lendir meningkat. Ketegangan dinding bronkus yang normal juga hilang. Area yang terkena menjadi lebar dan lemas dan membentuk kantung yang menyerupai balon kecil.
Penambahan lendir menyebabkan kuman berkembang biak, yang sering menyumbat bronkus dan memicu penumpukan sekresi yang terinfeksi dan kemudian merusak dinding bronkus. Peradangan dapat meluas ke kantong udara kecil (alveoli) dan menyebabkan bronkopneumonia, jaringan parut dan hilangnya fungsi jaringan paru-paru.
Pada kasus yang berat, jaringan parut dan hilangnya pembuluh darah paru-paru dapat melukai jantung. Peradangan dan peningkatan pembuluh darah pada dinding bronkus juga dapat menyebabkan batuk darah. Penyumbatan pada saluran pernafasan yang rusak dapat menyebabkan rendahnya kadar oksigen dalam darah.
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular dinding bronkus ( Soeparman & Sarwono, 1990)
Bronkiektasis berarti suatu  dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis  berulang dan memanjang,aspirasi benda asing, atau massa ( mis. Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi ( Hudak & Gallo,1997). 
Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih cabang-vabang bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).

Klasifikasi

Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3    yaitu :
1.     Bronkiektasis silindris
2.     Bronkiektasis fusiform
3.     Bronkiektasis kistik atau sakular.

Etiologi

1.     Infeksi
2.     Kelainan heriditer atau kelainan konginetal
3.     Faktor mekanis yang mempermudah timbulnya infeksi
4.     Sering penderita mempunyai riwayat pneumoni sebagai komplikasi campak, batuk rejan,  atau penyakit menular lainnya semasa kanak-kanak.

B.    Anatomi
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx trachea, bronkus, dan bronkiolus.
 Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
C.    Gambaran Klinis
Bronkiektasis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda,     69 % penderita berumur  kurang dari 20 tahun. Gejala dimulai sejak masa kanak-kanak, 60 % dari penderita gejalanya timbul sejak umur kurang dari 10 tahun. Gejalanya tergantung dari luas, berat, lokasi ada atau tidaknya komplikasi. Gejala tersering adalah batuk kronik dengan sputum yang banyak. Batuk dan pengeluaran sputum dialami paling sering pada pagi hari, setelah tiduran atau  berbaring pada posisi yang berlawanan dengan sisi yang mengandung kelainan bronkiektasis.
Pada bronkiektasis ringan atau yang hanya mengenai satu lobus saja, mungkin tidak terdapat gejala. Kalau pun ada, biasanya batuk bersputum yang menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu. Komplikasi pneumonia jarang dan progresivitasnya lambat. Pada bronkiektasis berat, pasien mengalami batuk terus menerus dengan sputum yang banyak (200-300 ml) yang bertambah berat bila terjadi infeksi saluran nafas atas. Biasanya dapat diikuti dengan demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pluera dan lemah badan. Sesak nafas dan sianosis timbul pada kelainan yang luas. Hemoptisis mungkin merupakan satu-satunya gejala, sebab itu bronkiektasis harus dipikirkan bila terdapat hemoptisis yang tidak jelas sebabnya.
Pada pemeriksaan fisik yang terpenting adalah terdapat ronki basah sedang sampai kasar pada daerah yang terkena dan menetap pada pemeriksaan yang berulang. Kadang-kadang dapat ditemukan ronki kering dan bising mengi. Ditemukan perkusi yang redup dan suara nafas yang melemah bila terdapat komplikasi empiema. Jari tabuh didapatkan pada 30-50% kasus. Pada kasus yang berat mungkin terdapat sianosis dan tanda kor pulmonal (Arief Mansjoer dkk, 1999).
Tanda dan Gejala
1.     Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari,setelah tiduran dan berbaring.
2.     Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek  selama 1-2 minggu atau tidak ada gejala sama sekali ( Bronkiektasis ringan )
3.     Batuk  yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih    200 - 300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah badan  kadang-kadang sesak nafas dan sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan batuk darah.
4.     Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.
D.    Pemeriksaan Diagnostik
1.     Pemerisaan Laboratorium.
§  Pemeriksaan sputum meliputi Volume sputum, warna sputum, sel-sel dan bakteri dalam sputum.
Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan sputum dapat menghasilkan flora normal dari nasofaring, streptokokus pneumoniae, hemofilus influenza, stapilokokus aereus,klebsiela, aerobakter,proteus, pseudomonas aeroginosa. Apabila ditemukan sputum berbau busuk  menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.
§  Pemeriksaan darah tepi.
Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang  ditemukan adanya leukositosis menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang menahun.
§  Pemeriksaan urin
Ditemukan dalam batas normal, kadang  ditemukan adanya proteinuria yang bermakna yang disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum biasanya dalam batas normal Kadan bisa meningkat atau menurun.
§  Pemeriksaan EKG
EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada komplikasi korpulmonal atau tanda pendorongan jantung. Spirometri pada kasus ringan mungkin normal tetapi pada kasus berat ada kelainan obstruksi dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1 menit  atau penurunan kapasitas vital, biasanya disertai insufisiensi pernafasan  yang dapat mengakibatkan :
Ø  Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
Ø  Kenaikan perbedaan tekanan PO2 alveoli-arteri
Ø  Hipoksemia
Ø  Hiperkapnia
§  Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi dilakukan pemerisaan :
o   Pemeriksaan imunologi
o   Pemeriksaan spermatozoa
o   Biopsi bronkus dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang).
2.     Pemeriksaan Radiologi.
·       Foto dada  PA dan Lateral
Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar  dan batas-batas corakan menjadi kabur, mengelompok,kadang-kadang ada gambaran sarang tawon  serta gambaran kistik dan batas-batas permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai diameter yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri  dan lobus medius paru kanan.
·       Pemeriksaan bronkografi
Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk mengevaluasi penderita yang akan dioperasi yaitu pendereita dengan pneumoni yang terbatas pada suatu tempat dan berulang yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif  atau penderita dengan hemoptisis yang masif.
Bronkografi dilakukan sertalah keadaan stabil,setalah pemberian antibiotik dan postural drainage yang adekuat sehingga bronkus  bersih dari sekret..
E.    Penatalaksanaan
        1.        Medis
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage sekret dan mengobati infeksi.
Penatalaksanaan meliputi :
·       Pemberian antibiotik dengan spekrum luas (Ampisillin,Kotrimoksasol, atau amoksisilin) selama 5- 7 hari pemberian
·       Drainage postural dan latihan fisioterapi untuk pernafasan.serta batuk yang efektif untuk mengeluarkan sekret secara maksimal
Pada saat dilakukan drainage perlu diberikan  bronkodilator  untuk mencegah bronkospasme dan memperbaiki drainage sekret. Serta dilakukan hidrasi yang adekuat untuk mencegah sekret menjadi kental dan dilengkapi dengan alat pelembab serta nebulizer untuk melembabkan sekret.
Terapi
·       Deteksi dini dan terapi komprehensif multidispliner meningkatkan kesempatan untuk sembuh dan pengurangan gejala-gejala. Direkomendasinya untuk mengacu pada daerah fibsosis kistik di tengah fokus program pengobatan konvensional adalah untuk membersihkan dan mengurangi sekresi jalan nafas meliputi bagian bawah, mengurangi bronkhiektasis, pengobatan infeksi traktus respiratorius dan bakteri disekitar jalan napas, penngantian enzim pankreas, peningkatan gizi, terapi psikologis (termasuk consoling genetik dan pekerjaan).
·       Pembersihan sekresi jalan napas bagian bawah dapat dilakukan dengan  drainase kostural dan perkusi dada atau teknik fibrasi tekanan aspirasi positif (PEP) atau flutter value breathing batuk terarah, dan teknik pernapasan lain.
Pendekatan ini membutuhkan penjelasan secara detail kepada pasien oleh seorang instruktur yang berpengalaman. Kekentalan sputum pada fibrosis kistik meningkat oleh banyaknya DNA ekstraseluler yang dihasilkan dari peradangan kronis jalan nafas dan autolisis dari neutrofil. Rekumbinan human dioksiribonuklease (rh DNAase) yang dihirup membelah DNA ekstraseluler disputum dan ketika diberi secara berkala dengan nebulizer dosis harian 2,5 mg menunjukkan peningkatan FEV1 dan menurunkan resiko fibrosis kistik yang berhubungan dengan eksaserbasi respirasi dan kebutuhan antibiotik intrafena. Faringitis, laryngitis, dan perubahan suara adalah efek merugikan yang sering terjadi.
Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi aktif jalan napas didasarkan hasil tes kultur dan sensifitas sputum. S. Aureus (termasuk rantai methicillin yang resisten) dan varian mukoid paeroginasa sering tampak.
Haemophillus Influenzae, Stenotropomonas Maltophilia dan Burklolderia Cepacia yang saat ini merupakan organisme yang resisten terhadap obat kadang terisolasi. Penggunaan antibiotik aerosol (larutan inhalasi tobramycin dan yang lainnya), untuk terapi pencegahan infeksi draktus respiratorius bagian bawah kadang berguna. Walaupun beberapa penelitian menunjukkan penurunan eksaserbasi dan peningkatan FEV1 pada pasien kronik yang terinfeksi oleh P. Aeroginosa, diperlukan perhatian tentang timbulnya resistensi segera organisme terhadap obat, kontaminasi alat oleh bakteri cepacia, dan efek samping seperti broncospasme.
·       Bronkodilator inhaler seperti albutero (dibutuhkan dua puff tiap empat jam) perlu diperhatikan pada pasien yang menunjukkan peningkatan 10% FEV1 setelah menghirup bronkodilator. Vaksinasi pneomococcal dan influenza disarankan. Selain itu juga dianjurkan skrining anggota keluarga untuk konseling genetik pada pasien fibrosis kistik.
·       Transplantasi paru merupakan satu-satunya terapi definitif untuk fibrosis kistik berat dibutuhkan transplantasi labor paru untuk pasien yang telah diseleksi. Angka harapan hidup tiga tahun setelah transplantasi untuk fibrosis kistik 55%.
·       Terapi yang dikembangkan dalam penelitian untuk fibrosis kistik meliputi agen antiinflamasi (seperti ibuprofen fentoxyfillin, anti protease), agen protein modifikasi (seperti milrinone, penilbubrat), agen ion transport (seperti amylase) dan terapi gen.
        2.        Askep
a.      Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan bronkiektasis  (Doenges, 2000) ialah sebagai berikut :
-        Riwayat PerjalananPenyakit
Keluhan utama           : Sesak napas
1)    Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif      : Keletihan, kelelahan, malaise, ketidak mampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Objektif        : Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum, kehilangan massa otot.
2)     Pola nutrisi
Subjektif      : mual/muntah, ketidak mampuan untuk makan karena distress pernapasan.
Objektif       :  Turgor kulit jelek, edema dependen, berkeringat, penurunan BB.
3)     Respirasi
Subjektif     :   Napas pendek, khususnya pada kerja dan cuaca, rasa dada tertekan, lapar udara kronis ; batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimun 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, episode batuk hilang timbul.
Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernapasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret) atau debu/asap (misalnya, asbes, debu batu bara, rami katun, serbuk gergaji), faktor keluarga dan keturunan, penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Objektif       :  Pernapasan biasanya cepat, lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernapas.
Penggunaan otot bantu pernapasan, misalnya meninggikan bahu,, retraksi fossa supra klafikula, cuping hidung
Dada dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk barrel), gerakan diafragma minimal.
Perkusi : Hiperresonan pada area paru (misalnya jebakan udara dengan emfisema ; bunyi pekak pada area paru (misalnya konsolidasi, cairan, mukosa)
Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari empat atau lima kata sekaligus.
Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku ; abu-abu keseluruhan ; warna merah.
4)     Keamanan
Subjektif     :  Riwayat allergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan, adanya/berulangnya infeksi.
5)     Integritas ego
Subjektif     :  Peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidup.
Objektif      :  Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
6)     Sirkulasi
Subjektif     :   Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Objektif      :   Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardi berat, distritmia, distensi vena jugularis (penyakit berat), edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung, bunyi jantung redup b.d peningkatan diameter AP dada), warna kulit/membran mukosa ; normal atau abu-abu/sianosis, kuku tabuh dan sianosis perifer, pucat dapat menunjukkan anemia.
7)     Higiene
Subjektif       :  penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas sehari-hari.
Objektif        :  kebersihan buruk, bau badan.
8)     Seksualitas
Subjektif        :  penurunan libido.
9)     Interkasi sosial
Subjektif       : Hubungan ketergantungan, kurangnya sistem pendukung, kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat, penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Objektif         : Ketidak mampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distres pernapasan, keterbatasan mobilitas fisik, kelainan hubungan dengan anggota keluarga lain.
10) Penyuluhan/Pembelajaran
Subjektif        :  Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitan menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur, kegagalan untuk membaik.
Objektif         : kebersihan buruk, bau badan.
-        Riwayat Kesehatan yang lalu
1)     Riwayat Penyakit Sebelumnya:
a)     Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
b)     Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
c)     Pernah berobat tetapi tidak teratur.
d)     Riwayat kontak dengan Allergen.
e)     Daya tahan tubuh yang menurun.
2)     Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
a)     Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
b)     Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
c)     Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
d)     Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
3)     Riwayat Sosial Ekonomi:
a)     Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
b)     Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
4)     Faktor Pendukung:
a)     Riwayat lingkungan.
b)     Pola hidup
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.
c)     Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
-      Pemeriksaan Diagnostik:
1)     Sinar x dada : menunjukkan hiperinflasi paru-paru, mendatarnya diafrgma, peningkatan area udara retrosternal.
2)     Tes Fungsi paru (spirometri) : dilakukan untuk mengetahui penyebab dispnea, untuk menentukan fungsi abnormal adalah obstruksi atau retriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengetahui efek terapi.
3)     TLC.
4)     Volume residu.
5)     FEVI/FVC.
6)     GDA : memperkirakan progresi proses penyakit kronis, paling sering PaO2 menurun.
7)     Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi.
8)     Sputum : kultur untuk menntukan infeksi, mengidentifikasi patogen ; pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui kegananasan dan gangguan alergi.
9)     EKG : deviasi aksis kanan.
10) EKG latihan (tes stres) : membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru, mengevaluasi kefektifan terapi bronkodilator, perencanaan/evaluasi program latihan.
b.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan bronkiektasis adalah : Kerusakan pertukaran gas b.d ketidaksamaan ventilasi-perfusi.
§  Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d bronkokonstriksi, peningkatan produksi lendir, batuk tidak efektif, dan infeksi bronkopulmonal.
§  Pola pernapasan tidak efektif b.d napas pendek, lendir, bronkokonstriksi, dan iritan jalan napas.
§  Defisit perawatan diri b.d keletihan sekunder akibat peningkatan uoaya pernapasan dan insufisiensi ventilai dan oksigenasi.
§  Intoleransi aktifitas b.d keletihan, hipoksemia, dan pola pernapasan tidak efektif.
§  Koping individu tidak efektif b.d kurang sosilaisasi, ansietas, depresi,  tingkat aktivitas rendah, dan ketidakmampuan untuk bekerja.
§  Defisit pengetahuan tentang prosedur perawatan diri yang akan dilakukan dirumah.
§  Masalah kolaboratif
c.      Rencana Keperawatan
Adapun rencana keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan sebagai berikut:
-        Kerusakan pertukaran gas b.d  ketidaksamaan ventilasi-perfusi
Tujuan :          Perbaikan dalam pertukaran gas
Intervensi
1)     Berikan bronkodilator sesuai yang diharuskan
a)     Dapat diberikan peroral, intravena, rektal, atau dengan inhalasi.
b)     Berikan bronkodilator oral atau intravena pada waktu yang berselingan dengan tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau IPPB untuk memperpanjang keefektifan obat.
c)     Observasi efek samping : takikardia, distritmia, eksitasi sistem saraf pusat, mual dan muntah.
Rasional :  Bronkodilator  mendilatasi jalan napas dan memabntu melawan edeme mukosa bronkial dan spasme muskular. Karena efek samping dapat terjadi pada tindakan ini, dosis obat disesuaikan dengan cermat untuk setiap pasien, sesuai dengan toleransi dan respons klinisnya.
2)    Evaluasi efektivitas tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau IPPB
a)     Kaji penurunan sesak napas, penurunan mengi atau krekels, kelonggaran sekresi, penurunan ansietas.
b)     Pastikan bahwa tindakan diberikan sebelum makan untuk menghindari mual dan untuk mengurangi keletihan yang menyertai aktivitas makan.
Rasional :  Mengkombinasikan medikasi dengan aerosolized bronkodilator nebulisasi biasanya digunakan untuk mengendalikan bronkokonstriksi. Pemberian tindakan yang tidak tepat akan mengurangi keefektifannya. Aerolisasi memudahkan klirens bronkial, membantu mengendalikan proses inflamasi, dan memperbaiki fungsi ventilasi.
4)    Instruksikan dan berikan dorongan pada pasein pada pernapasan diafragmatik dan batuk yang efektif.
Rasional  :    Teknik ini memeperbaiki ventilasi dengan membuka jalan napas dan membersihkan jalan napas dari  sputum. Pertukaran gas diperbaiki.
5)     Berikan oksigen dengan metode yang diharuskan.
a)     Jelaskan pentingnya tindakan ini pada klien.
b)     Evaluasi efektifitas; amati tanda-tanda hipoksia, ingatkan dokter jika timbul gelisah, ansietas, somnolen, sianosis, atau takikardi
c)     Analisa gas darah arteri dan bandingkan dengan nilai dasar, bila pungsi arteri dilakukan dan sampel darah diambil, tekan tempat pungsi selama 5 menit untuk mencegah perdarahan arteri.
d)     Lakukan oksimetri nadi untuk memantau saturasi oksigen.
e)     Jelaskan bahwa tidak merokok dianjurkan pada klienatau pengunjung ketika oksigen diberikan.
Rasionl :    Oksigen akan memperbaiki hipoksemia. Diperlukan observasi yang cermat tarhadap aliran atau prosentase yang diberikan dan efeknya bpada pasien. Jika pasien mengalami retensi CO2 kronis, maka hipoksia dirangsang untuk bernapas. Kelebihan oksigen dapat menekan dorongan hipoksik dan dapat terjadi  kematian. Pasien ini umumnya membutuhkan laju aliran oksigen yang rendah 1 s.d 2 L/menit. Gas darah arteri periodik dan oksimetri nadi membantu untuk evaluasi keadekuatan oksigenasi
-        Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d bronkokonstriksi, peningkatan produksi lendir, batuk tidak efektif, dan infeksi bronkopulmonal
Tujuan : Pencapaian klirens jalan napas dengan kriteria:
Intervensi
1)     Beri klien 6 s.d 8 gelas cairan/hari kecuali terdapat kor pulmonal.
Rasional :  Hidrasi sistemik menjaga sekresi tetap lembab dan memudahkan untuk pengeluaran. Cairan harus diberikan dengan kewaspadaan jika terdapat gagal jantung kanan.
2)     Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan diafragmatik dan batuk.
Rasional:   tekhnik ini akan membantu memperbaiki ventilasi dan untuk menhghasilkan sekresi tanpa menyebabkan sesak napas dan keletihan.
3)     Bantu dalm pemberian tindakan nebuliser, inhaler dosisi terukur, atau IPPB.
Rasional  :  Tindakan ini menambah air kedalam percabangan bronkial dan pada sputum, menuunkan kekentalannya, sehingga memudahkan evakuasi sekresi.
4)     Lakukan drainase postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari dan malam hari sesuai yang diharuskan.
Rasional      :  menggunakan gaya gravitasi untuk membantu membangkitkan sekresi sehingga sekresi dapat lebih mudah dibatukkan atau diisap..
5)     Instruksikan klien untuk menghindari iritan seperti asap rokok, aerosol, suhu yang ekstrim dan asap.
Rasional :             iritan bronkial menyebabkan bronkokonstriksi dan meningkatkan pembentukan lendir, yang kemudian membantu klirens jalan napas.
6)     Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus dilaporkan pada dokter dengan segera:
a)     Peningkatan sputum
b)     Perubahan dalam warna sputum
c)     Peningkatan kekentalan sputum
d)     Peningkatan napas pendek, rasa sesak didada, keletihan
e)     Peningkatan batuk
Rasional :  infeksi pernapasan minor yang tidak memberikan konsekuensi pada individu dengan paru-paru yang normal dapat dapat menyebabkan gangguan fatal bagi individu dengan empisema. Pengenalan diri sangat penting.
7)     Berikan antibiotik sesuai resep dokter:
 Rasional:  Abtibiotik untuk mencegah atau mengatasi infeksi
8)     Berikan dorongan kepada klien untuk melakukan imunisasi terhadap influensa dan streptococcus pneumonia:
Rasional:   Individu dengan kondisi pernapasan rentan terhadap infksi dan diberikan dorongan untuk melakukan imunisasi
-        Pola pernapasan tidak efektif b.d napas pendek, lendir, bronkokonstriksi, dan iritan jalan napas
Tujuan : Perbaikan dalam pola pernapasan.

Intervensi

1)     Ajarkan klien pernapasan diafragmatik dan pernapasan bibir dirapatkan.
Rasional   :    membantu klien memperpanjang waktu ekspirasi, dengan tekhnik ini klien akan bernapas lebih efektif dan lebih efesien.
2)     Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dengan periode istirahat, biarkan klien membuat beberapa keputusan (mandi, bercukur) tentang perawatannya berdasarkan pada tingkat toleansi pasien.
Rasional   :    memberikan jeda aktifitas akan memungkinkan klien untuk melakukan aktifitas tanpa distres berlebihan.
3)     Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernapasan jika diaharuskan.
Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernapasan.
-        Defisit perawatan diri b.d keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi
Tujuan: Kemandirian dalam aktifitas perawatan diri.
Intervensi :
1)     Ajarkan klien untuk mengkoordinasikan pernapasan diafragmatik dengan aktivitas (misalnya berjalan, membungkuk).
Rasional : Akan memungkinkan klien untuk lebih aktif dan untuk menghindari keletihan yang berlebihan atau dispnea selama aktivitas.
2)     Berikan dorongan untuk mulai mandi sendiri, berpakaian sendiri, berjalan, dan minum cairan. Bahas tentang tindakan penghematan energi.
Rasional : Sejalan dengan tertasinya kondisi, klien mampu melakukan lebih banyak namun perlu didorong untuk menghindari peningkatan ketergantungan.
3)     Ajarkan tentang drainase postural bila memungkinkan.
Rasional :             Memberikan dorongan ntuk terlibat dalam perawatan dirinya, membangun harga diri dan menyiapkan klien untuk mengatasinya dirumah
-        Intoleransi aktivitas akibat keletihan, hipoksemia, dan pola pernapasan tidak efektif
Tujuan :  Perbaikan dalam  toleran aktivitas.
Intervensi
1)     Dukung pasien dalam melakukan regimen latihan tertaur dengan menggunakan treadmill dan exercyde, berjalan atau latihan lainnya yang sesuai, seperti berjalan perlahan :
a)     Kaji tingkat fungsi klien yang terakhir dan kembangkan rencana latihan berdasarkan pada status fungsi dasar.
b)     Sarankan konsultasi dengan ahli terapi fisik untuk menentukan program latihan spesifik terhadap kemampuan klien, siapkan unit oksigen portabel untuk berjaga-jaga jika diperlukan selama latihan.
Rasional :       Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak oksigen dan memberikan beban tambahan pada paru-paru. Melalui latihan yang teratur, bertahap kelompok otot ini menjadi lebih terkondisi, dan klien dpat melakukan lebih banyak tanpa mengalami napas pendek, latihan yang bertahap memutus siklus yang bertahap ini
-        Koping individu tidak efektif b.d kurang sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat aktifitas rendah, dan ketidakmampuan untuk bekerja
Tujuan :          Pencapaian tingkat koping yang optimal.
Intervensi
1)     Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan memberikan semangat yang ditujukan pada klien.
Rasional :       Suatu perasaan harapan atau memberikan klien sesuatu yang dapt dikerjakan, ketimbang sikap yang merasa kalah tidak berdaya.
2)     Dorong aktivitas sampai tingkat tpleransi gejala.
Rasional :       Aktifitas mengurangi ketegangan dan mengurangi tingkat disonea sejalan dengan klien menjadi terkondisi.
3)     Ajarkan tekhnik relaksasi atau berikan rekaman untuk relasasi bagi klien.
Rasional :       Relaksasi mengurangi stress dan ansietas dan membantu klien untuk mengatasi ketidakmampuannya.
4)     Daftarkan klien pada program rehabilitasi pulmonari bila tersedia.
Rasional :       Program rehabilitasi paru telah menunjukkan dapat meningkatkan perbaikan subyektif status dan harga diri pasien juga meningkatkan toleransi  latihan serta mengurangi hospitalisasi .
5)     Sarankan konseling vokasional untuk menggali kesempatan alternatif pekerjaan (jika memungkinkan)
Rasional :       Modifikasi pekerjaan mungkin harus dibuat dan sumber-sumber yang sesuai digunakan untuk mencapai tujuan ini.
-        Defisit pengetahuan tentang prosedur perawatan diri yang akan dilakukan di rumah
Tujuan  :         Kepatuhan  dengan program terapeutik dan perwatan di rumah.
Intervensi
1)     Bantu klien mengerti tentang tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
ü  Ajarkan klien tentang penyakit dan perawatannya
Rasional  :      Klien harus mengetahui bahwa ada rencana dan metode dimana ia memainkan peranan yang besar pasien harus mengetahui apa yang diperkirakan. Mengajarkan klien tentang kondisinya adalah salah satu aspek yang paling penting dari perawatnnya ; tindakan ini akan menyiapkan klien untuk hidup dalam dan mengatasi kondisi serta memperbaiki kualitas hidup.
2)     Diskusikan keperluan untuk berhenti merokok, berikan informasi tentang sumber-sumber kelompok.
Rasional :       Asap tembkau menyebabkan kerusakan pasti pada paru dan menghilangkan mekanisme proteksi paru-paru. Aliran udara terhambat dan kapasitas paru menurun


d.     Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1)     Menunjukkan perbaikan pertukaran gas dengan menggunakan bronkodilator dan terapi oksigen sesuai yang diresepkan.
a)     Tidak menunjukkan tanda-tanda kegelisahan, konfusi atau agitasi
b)     Mempunyai nilai-nilai gas darah arteri yang stabil (tidak mesti nilai-nilai yang normal)
2)     Mencapai bersihan jaan napas
a)     Berhenti merokok.
b)     Menghindari bahan-bahan yang merangsang dan suhu ekstrim
c)     Meningkatkan masukan cairan 6 hingga 8 gelas perhari
d)     Melakukan drainase postural dengan benar.
e)     Mengetahui tanda-tanda dini infeksi dan waspada terhadap pentingnya melaporkan tanda-tanda ini jika terjadi
3)     Memperbaiki pola pernapasan.
a)     Berlatih dan menggunakan pernapasan diafragma dan bibir dirapatkan
b)     Menunjukkan penurunan tanda-tanda upaya bernapas
4)     Melakukan aktivitas perawatan diri dalam batasan toleransi.
a)     Mengatur aktivitas untuk menghindari keletihan dan dispnea.
b)     Menggunakan pernapasan terkendali ketika melakukan aktivitas
5)     mencapai toleransi aktivitas, dan melakukan latihan serta melakukan aktivitas dengan sesak napas lebih sedikit
6)     Mendapatkan mekanisme koping yang efektif serta Ikut serta dalam program rehabilisasi paru.
7)     Patuh terhadap program terapeutik.
a)     Mengikuti regimen pengobatan yang diharuskan
b)     Berhenti merokok
c)     Mempertahankan tingkat aktivitas yang dapat diterima.

Komentar dengan akun facebook

link

SEO Stats powered by MyPagerank.Net
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net

 
Design by Alamsyah Aris | Bloggerized by Alamsyah design | Maros Indonesia