I. PENGERTIAN
Penyakit Hirscprung, pertama kali ditemukan oleh “Harold Hirscprung” tahun 1887. Yaitu keadaan kongenital dimana tidak adanya sel-sel saraf ganglion parasimpatik pada suatu segmen usus bagian distal, terbanyak di rectosigmoid.
Dibedakan dua tipe, yaitu :
1. Segmen pendek
Segmen aganglionisis mulai dari anus sampai sigmoid
2. Segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus
Nama lain penyakit Hirscprung : Morbus Hirscprung/aganglionosis kongenital
II. ETIOLOGI
- Herediter/ketentuan atau penyebab tidak diketahui
- Sering terjadi pada anak dengan down syndrome
- Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi kraniokaudal pada myenterik dan submukosa dinding plexus
III. INSIDEN
Penyebab obstruksi usus yang banyak pada neonatus, sering tidak terdiagnosa
Kematian
Terjadi 1 : 5000 kelahiran.
Insiden laki-laki : wanita 4 : 1
IV. PATOFISIOLOGI
Ø Persyarafan parasimpatik colon didukung oleh ganglion. Persyarafan parasimpatik yang tidak sempurna pada bagian usus yang aganglionik mengakibatkan peristaltik abnormal, sehingga terjadi konstipasi dan obstruksi
Ø Tidak adanya ganglion disebabkan kegagalan dalam migrasi sel ganglion selama perkembangan embriologi. Karena sel ganglion tersebut bermigrasi pada bagian kaudal saluran gastrointestinal (rectum). Kondisi ini akan memperluas hingga proksimal dari anus.
Ø Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltic secara normal
Ø Penyempitan pada lumen usus, tinja dan gas akan terkumpul di bagian proksimal dan terjadi obstruksi dan menyebabkan di bagian colon tersebut melebar (megacolon)
| |||
|
| ||||||||
| |||||||||
| |||||||||
| |||||||||
IV. MANIFESTASI KLINIK
Ø Masa Neonatal
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam (24-48 jam) pertama setelah lahir
2. Muntah berwarna empedu
3. Distensi abdomen
4. Menolak untuk minum air
Ø Masa Bayi
1. Konstipasi
2. Muntah
3. Distensi abdomen
4. Diare
5. Ketidakadekuatan penambahan berat badan
6. Tanda-tanda vomitus (sering menandakan adanya enterokolitis) à (diare berdarah, demam, letargi berat)
Ø Masa kanak-kanak-dewasa
1. Konstipasi
2. Feses berbau menyengat, bentuknya seperti pita
3. Distensi abdomen
4. Masa fekal dapat teraba
5. Anak biasanya mempunyai nafsu makan dan pertumbuhan yang buruk.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan rectum (RT)
- Pemeriksaan barium enema :
· adanya penyempitan segmen usus proximal-anus
· dilatasi usus bagian proximal-segmen penyempit
- Pemeriksaan rectal biopsy
- Anorektal manometry untuk mencatat respon, refluks spinkter eksterna dan interna
Dengan pemeriksaan diatas dapat ditemukan
1. Daerah transisi
2. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian yang menyempit
3. Enterokolitis pada segmen yang melebar
4. Terdapat retensi barium setelah 24 - 48 jam
- Foto abdomen
VI. KOMPLIKASI
1. Gawat pernapasan (akut)
2. Enterokolitis (akut)
3. Striktura ani (pasca bedah)
4. Inkontinensia (jangka panjang)
VII.PENATALAKSANAAN MEDIK
Ø Penggunaan pelembek tinja dan irigasi rectal dengan garam fisiologi/washout
Cara ini efektif pada segmen aganglionik yang pendek, untuk mengobati gejala abstipasi dan mencegah enterokolitis
Ø Dengan pembedakan colostomy
Terdiri atas 2 tahap yaitu :
1. Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu 3 sampai 4 bulan)
2. Bila umur bayi antara 6 dan 12 bulan (bila beratnya antara 9 dan 10 kg) maka dilakukan repair colostomy. Repair colostomy dilakukan dengan cara memotong usus aganglionik dan menganostomosiskan usus yang berganglior ke rectum dengan jarak 1 cm dari anus.
Repair colostomy terdiri dari 3 macam prosedur yaitu :
a. Prosedur Duhamel (pada bayi yang berusia kurang dari 1 tahun)
Prosedur ini terdiri atas penarikan kolom normal ke arah bawah dan menganostomosiskannya di belakang usus aganglionik, menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut.
b. Prosedur swensor
Bagian kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end pada kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi.
Sfingterotomi dilakukan pada bagian posterior
c. Prosedur soave (dilakukan pada bagian posterior
Dinding otot dari segmen rectum dibiarkan tetap utuh. Kolom yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot recktosigmoid yang tersisa.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data Demografi
Hiscprung dapat terjadi pada 1 orang dalam 500 kelahiran hidup dengan perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 4 : 1 . Biasanya karena faktor genetic dan insedennya tinggi pada anak dengan down syndrome
Tanyakan pada pasien usia dan jenis kelamin
2. Keluhan utama
- Keluhan utama yaitu konstipasi
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji riwayat klien tentang konstipasi à klien sama sekali tidak bisa BAB : Konstipasi kronik
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Dikumpulkan sebagai informasi tanyakan terapi yang diberikan pada pasien yaitu intervensi beda (colostomy). 4-6 bulan setelah colostomy maka dilakukan repair colostomy
Ø Bayi / Anak
- Riwayat Prenatal, riwayat kelahiran
- Riwayat neonatus
· Eliminasi : urine <ada tidaknya gangguan frekuensi, warna
Fece konsistensi)
· Gangguan respirasi sewaktu diberi minum / makan
(sesak, sianosis, bersih, muntah)
· Pemberian minum pertama
· Pemberian makanan tambahan
· Jaundice
· Kesakitan / rewel
- Nutrisi
- Tumbuh kembang (rambut, lingkar kepala, lingkar lengan atas, berat badan, tinggi badan)
- Alergi
- Social ekonomi keluarga
- Pola makan ibu
Ø Dewasa
- Nutrisi
- Alergi
- Berat badan
4. Pemeriksaan Fisik
KV : Kesadaran Baik
TTV : Suhu : Peningkatan suhu
Nadi : Takikardia
RR : Takipnea
TD : Tetap stabil
PEMERIKSAAN PERSISTEM
1. Gastrointestinal
- Mata : Kunjungtiva pucat
- Mulut : Memoran mukasa kering
- Bibir pecah
- Abdomen
· Ketegangan abdomen secara progresif
· Dinding abdomen tipis, vena-vena terlihat
· Aktivitas peristaltic menurun dan dapat tidak ada sama sekali
· Konstipasi
· Mual atau muntah (pada neonatus 24 jam pertama)
- Tidak ada mekonium
- Muntah
- Perut membuncit
- Feces
· Karakteristik seperti pita
· Warna gelap
· Frekuensi menurun
· Tenesmus positik
· Terdapat bising usus
2. Kardiovaskular dan pernapasan
a. Bibir pucat
b. Capillary refiil time (5 detik)
c. Warna kulit muka pucat
d. Kelembaban kulit dapat terjadi
- Dingin
- Panas
- Diaforesis
e. Tanda-tanda dehidrasi : turgor kulit jelek
f. Bentuk dada : Barrel chest
g. Pernapasan : takipnea
h. Bunyi jantung S1, S2 murni
3. Genital dan rectal
- Inspeksi terhadap pembengkaran, radang, iritasi dan fistula
- Periksa anus dari varices dan hemorrnoid
PATOFISIOLOGI PENYAKIT HIRSCHPRUNG
(Penyimpangan Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia)
PATOFISIOLOGI POST OP RESEKSI MEGACOLON
Dioagosa Keperawatan
1. Distres pernafasan b/d. distensi abdomen
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d. intake tidak adekuat
3. Nyeri b/d. distensi abdomen
4. Konstipasi b/d. obstruksi usus
5. Gangguan integritas kulit b/d. colostomy dan repair colostomy
6. Gangguan citra tubuh b/d. adanya kolostomi
7. Kurangnya pengetahuan b/d kurang sumber informasi
Rencana Perawatan
ad. 1
Tujuan : Pola nafas efektif
Tidak ada gangguan pernafasan
Intervensi :
1. Observasi frekuensi / kedalaman pernafasan
R. / Nafas dangkal, distress pernafasan, menahan nafas, dapat menyebabkan hipoventilasi
2. Auskultasi bunyi nafas
R. /
3. Berikan oksigen tambahan
R. / memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukarand pe / kerja nafas
4. Tinggalkan kepala tempat tidur 30o
R. / Mendorong pengembangan diafragma / ekspansi paru optimal dan meminimalkan isi abdomen pada rongga thorax
ad. 2
Tujuan : * Mempertahankan BB stabil / menunjukkan kemajuan peningkatan BB mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal
InteRvensi :
1. Pertahankan potensi selang Naso-gastrik. Jangan mengembalikan posisi selang bila terjadi perubahan posisi.
R. / Memberikan istirahat pada traktus GJ. Selama fase pasca operasi akut sampai kembali berfungsi normal
2. Berikan perawatan oral secara teratur
R. / Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan bibir pecah
3. Kolaborasi pemberian cairan IV,
R. / Memenuhi kebutuhan nutrisi sampai masukan oral dapat dimulai
4. Awasi pemeriksaan laboratorium. Misalnya Hb / Ht dan elektrolit.
R. / Indikator kebutuhan cairan / nutrisi dan keaktifan terapi dan terjadinya konstipasi
ad. 3
Tujuan : * Menyatakan nyeri hilang
* Menunjukkan rileks, mampu tidur, dan istirahat dengan tepat
InteRvensi :
1. Catat keluhan nyeri, durasi, dan intensitasn nyeRi
R. / Membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya komplikasi
2. Catat petunjuk nonverbal. Mis. gelisah, menolak untuk beRgerak,
R. / Bahasa tubuh / petunjuk non verbal dapat secara prikologis dan fisiologis dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengidentifikasi masalah
3. Kaji faktor-faktor yang dapat meningkatkan / menghilangkan nyeri
R. / Menunjukkan faktor pencetus dan pemberat dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi
4. Berikan tindakan nyaman, seperti pijat penggung, ubah posisi dan
R. / Meningkatkan relaksasi, memfokuskan perhatian, dan meningkatkan koping
5. Kolaborasi pemberian analgetik
R. / Memudahkan istirahat dan menurunkan rasa sakit
ad. 4
Tujuan : * MenoRmalkan fungsi usus
* Mengeluarkan fese
InteRvensi :
1. Kaji fungsi usus dan karakteristik tinja
R. / Memperoleh informasi tentang kondisi usus
2. Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus
R. / Distensi dan hilangnya peristaltic usus menunjukkan fungsi defekasi hilang
3. Berikan enema jika diperlukan
R. / Mungkin perlu untuk menghilangkan distensi
ad. 5
Tujuan : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda infeksi
InteRvensi :
1. Observasi luka, catat karakteristik drainase
R. / Perdarahan pasca operasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja
2. Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan teknik aseptik
R. / Sejumlah besar drainase serosa menuntut pergantian dengan sering untuk menurunkan iritasi kulit dan potensial infeksi
3. Irgasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faali
R. / Diperlukan untuk mengobati inflamasi infeksi praap / post op
ad. 6
Tujuan : * Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi
* Menerima perubahan kedalam konsep diri
InteRvensi :
1. Dorong pasien / orang terdekat untuk mengungkapkan perasaannya
R. / Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa
2. Catat perilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan
R. / Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih kuat
3. Gunakan kesempatan pada pasien untuk menerima stoma dan berpartisipasi dan perawatan
R. / Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk memperbaiki kepercayaan diri
4. Berikan kesempatan pada anak dan orang terdekat untuk memandang stoma
R. / Membantu dalam menerima kenyataan
5. Jadwalkan aktivitas perawatan pada pasien
R. / Meningkatkan kontrol dan harga diri
6. Pertahankan pendekatan positif selama tindakan perawatan
R. / Membantu pasien menerima kondisinya dan perubahan pada tubuhnya
ad. 7
Tujuan : * Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi / proses penyakit, tindakan dan prognosis
InteRvensi :
1. Tentukan persepsi anak tentang penyakit
R. / Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu
2. Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis
R. / Meningkatkan pemahaman dan kerjasama
3. Tekankan pentingnya perawatan kulit pada orang tua
R. / Menurunkan penyebaran bakteri
DAFTAR PUSTAKA
Ø Ngastiyah, 1997,”Perawatan Anak Sakit”, EGC. Jakarta
Ø Barbara Engram, 1999” RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH” Vol 3. EGC. Jakarta
Ø Star Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK VI, ILMU KESEHATAN ANAK Vol 3, BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK, FK, VI, 1985
Ø Cecily L. Betz, Linda A Sowden, 2002, KEPERAWATAN PEDIATRIK edisi 3, EGC, Jakarta
Ø Suradi Skp dan Rita Yuliani Skp, 2001, ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK, CV Agung, Seto, Jakarta
FORMAT PENGKAJIAN
RUANG PERAWATAN ANAK
I. Biodata
D. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. Hayyub.
2. Tempat tanggal lahir/Usia : Jeneponto, 21 – 4 2003/1 tahun 2 bulan
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : -
6. Alamat : Borongkaluku, Bontomarannu
7. Tanggal Masuk : 23 – 06 – 2004
8. Tanggal Pengkajian : 29 – 06 – 2004
9. Diagnosa Medik : Hisprung
10. Rencana Therapi :
E. Identitas Orang Tua
1. Ayah
a. Nama : Hasyim
b. Usia : 36 thn
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Pedagang
e. Agama : Islam
f. Alamat : Borongkaluku, Bontomarannu
2. Ibu
a. Nama : Ramlah
b. Usia : 25 thn
c. Pendidikan : SMU
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : IRT
e. Agama : Islam
f. Borongkulu, Bontomarannu :
F. Identitas Saudara Kandung
No | Nama | Usia | Hubungan | Statis Kesehatan |
1. | Ririn Nurfadilah | 7 th | Kakak Kandung | Sehat |
II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit
Perut kembung / distensi abdomen
III. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk RS dengan keluhan detak-detak pada tanggal 17 Juli 2003 klien didiagnosa Megacolon/Hirscprung Kongenital, 1 bulan kemudian yaitu tanggal 7-8-03 terapi yang diberikan pada klien yaitu operasi colostomy dan dirawat selama 7 hari, keadaan umum baik lalu diizinkan pulang kontrol di poli. Lalu pada tanggal 15-6-2004 setelah colostomy dilakukan repair colostomy. 1 hari kemudian kilen mengalami perut kembung lalu pindah rawat picu tanggal 26 Juni 2004 dilakukan Reseksi Mengacolon.
B. Riwayat Kesehatan Lalu
(Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Pre natal Care
a. Pemeriksaan kehamilan 2 Kali
b. Keluhan selama hamil : perdarahan - PHS - Infeksi - ngidam (mangga) muntah-muntah a deman - Perawatan selama hamil
c. Riwayat : - Terkena sinar - Therapi obat
d. Kenaikan Berat Badan selama hamil 15 Kg
e. Immunisasi TT 2 Kali
f. Golongan darah ibu O Golongan darah Ayah A
2. Natal
a. Tempat melahirkan : RS Klik Rumah
b. Lama dan jenis persalinan : Spontan - Forcep - Operasi - lain-lain induksi
c. Penolong persalinan : Dokter - Bidan a Dukun -
d. Cara untuk memudahkan persalinan : Drip - Obat perangsang a
e. Komplikasi waktu lahir : Robek perineum a Infeksi nifas -
3. Post natal
a. Kondisi Bayi : BB lahir 3400 Gram PB 30 Cm
b. Apakah anak mengalami : penyakit Kuning - Kebiruan - Kemerahan - Problem menyusui - BB tidak stabil -
(Untuk Semua Usia)
- Penyakit yang pernah dialami : Bentuk aDeman aDiare aKejang Lain-lain
- Kecelakaan yang dialami : latuh - tenggelam - lalu lintas - keracunan -
- Pernah : dioperasi - dirawat di Rumah Sakit a
- Allergi : Makanan - obat-obatan - zat/substansi kimia - texil -
- Konsumsi obat-obatan bebas -
- Perkembangan anak disbanding saudara-saudaranya : Lambat a Sama - Cepat -
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Penyakit anggota keluarga : alergi - asma - TBC - hypertensi - penyakit jantung - stroke - anemia - hemopilia - arthritis - migrain - DM - kanker - jiwa –
-
|
IV. Riwayat Immunisasi
No | Jenis Immunisasi | Waktu Pemberian | Rekasi setelah pemberian |
1. | BCG | Usia 1 bulan | - |
2. | DPT (I, II, III) | Usia 2, 3, 4 bulan | Panas |
3. | Polio (I, II, III, IV) | Usia 2, 3, 4 bulan | - |
4. | Campak | Usia 9 bulan | - |
5. | Hepatitis | Usia 1 tahun | - |
Ø Pertumbuhan Fisik
V. Riwayat Tumbuh Kembang
A. Pertumbuhan Fisik BBL 4 bulan 1 tahun BB anak sekarang = 8,9 Kg
1. Berat Badan : 3,4 6,8 10,2
2. Tinggi Badan : Ibu klien lupa TB Lahir
4. Waktu tumbuh gigi 9 bulan, Tanggal gigi - Tahun
B. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat :
1. Berguling :
2. Duduk :
3. Merangkai : ¹ diingat
4. Berdiri :
5. Berjalan :
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : -
7. Bicara pertama kali : ± 12 bulan
8. Berpakaian tanpa Bantuan - :
VI. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui 1 hari post partum
2. Cara pemberian : Setiap kali menangis b terjadwal
3. Lama pemberian 3 bulan
B. Pemberian Susu Formula
1. Alasan pemberian : ASI ¹ diproduksi
2. Jumlah pemberian : 3 botol / hari
3. Cara memberikan : Dengan dot + sendok -
C. Pemberian makanan tambahan
a. Pertama kali diberikan usia 4 bulan
b. Jenis : Bubur susu b pisang - lain-lain -
D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Usia | Jenis Nutrisi | Lama pemberian |
1. 0 – 4 bulan 2. 4 – 12 bulan 3. Saat ini | ASI Milna, Susu Formula Bubur, Susu formula | 3 bulan - Spi saat ini |
VII. Riwayat Psichososial
- Apakah anak tinggal di : apartemen - rumah sendiri b kontrak (bersama nenek)
- Lingkungan berada di : kota b setengah kota - desa -
- Apakah rumah dekat : sekolah b ada tempat bermain - Punya kamar tidur sendiri -
- Apakah ada tangga yang bisa berbahaya - Apakah anak punya ruang bermain -
- Hubungan antar anggota keluarga : Harmonis b Berjauhan -
- Pengasuh anak : Orang tua b Baby sitter - pembantu - nenek/kakek b
VIII. Riwayat Spiritual
- Support system dalam keluarga
- Kegiatan keagamaan
IX. Riwayat Hospitalisasi
A. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS berobat (keluhan distensi abdomen)
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak Ya b Tidak -
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini : Cemas - Takut - Khawatir - Biasa b
- Apakah orang tua akan selalu berkunjung : Ya b Kadang-kadang - Tidak -
- Siapa yang akan tinggal dengan anak : ayah b ibu b Kakak b Lain-lain nenek
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap belum bisa dikaji
- Mengapa Keluarga/Orang tua membawa kamu ke Rumah sakit ? –
- Menurutmu apa penyebab kamu sakit -
- Apakah dokter menceritakan keadaanmu : ya - Tidak -
- Bagaimana rasanya dirawat di RS : Bosan Takut Senang Lain-lain –
- Rasa cemas
- Kehilangan kontrol
- Takut akan nyeri & perlukaan
Reaksi Hospitalisasi
1. Rasa Cemas
Klien belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang memadai, dan pengertian terhadap situasi masih terbatas. Klien kadang menangis, memanggil ibunya atau menggunakan tingkat laku agresif, misalnya menendang, memukul, mencoba untuk membuat orangtua (Ibu) tetap tinggal dan menolak perhatian orang lain. dan kadang juga klien tidak aktif kurang minat untuk bermain
2. Kehilangan Kontrol
Akibat sakit dan dirawat di RS, anak merasa kehilangan kontrol kebebasan dalam segala hal dan menimbulkan regresi sehingga terjadi rasa ketergantungan sehingga suatu saat anak akan menjadi cepat marah dan agresif
3. Takut akan nyeri dan perlukaan
Klien memberikan reaksi dengan emosi yang kuat dan pertahanan fisik terhadap pengalaman yang menyakitkan, trauma dengan orang yang berpakaian putih-putih, indikasi perilaku terhadap rasa nyeri seperti : berteriak, menolak untuk disentuh, menendang/menangis
X. Aktivitas Sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi | Sebelum sakit | Saat Sakit |
1. Selera maka 2. Menu makan 3. Frekuensi makan 4. Makanan yang disukai 5. Makanan pantangan 6. Pembatasan pola makan 7. Cara makan 8. Ritual saat makan | Baik Bubur 4 x - - - disuap bermain | Menurun Air susu Nestle 42 cc / jam - - - ¹ boleh melalui otal, NGT - |
B. Cairan
Kondisi | Sebelum sakit | Saat Sakit |
1. Jenis minum 2. Frekuensi minum 3. Kebutuhan cairan 4. Cara pemenuhan | Air putih, susu formula Sebanyak anak minta 890 ≈ 900 cc/hari minum | Susu formula, air putih Sesuai kebutuhan 42 cc/jam otal, IV |
C. Eliminasi (BAB & BAK)
Kondisi | Sebelum sakit | Saat Sakit |
1. Tempat pembuangan 2. Frekuensi (Waktu) 3. Konsistensi 4. Kesulitan 5. Obat pencahar | WC 1 x / hari Keras Sulit - | Ditempat tidur 4 x / hari lembek, encer tidak ada - |
D. Istirahat Tidur
Kondisi | Sebelum sakit | Saat Sakit |
1. Jam Tidur - Siang - Malam 2. Pola tidur 3. Kebiasaan sebelum tidur 4. Kesulitan tidur | 13.00 – 14.00 19.00 – 07.00 bermain - | ± 4 jam ± 8 jam Bermain - |
E. Olah Raga
Kondisi | Sebelum sakit | Saat Sakit |
1. Program Olah Raga 2. Jenis dan Frekwensi 3. Kondisi setelah olah raga | - - - | - - - |
F. Personal Hygiene
Kondisi | Sebelum sakit | Saat Sakit |
1. Mandi a. Cara b. Frekwensi c. Alat mandi 2. Cuci rambut a. Frekwensi b. Cara 3. Gunting kuku a. Frekwensi b. Cara 4. Gosok gigi a. Frekwensi b. Cara | Dimandikan 2 x sehari sabun 3 x seminggu memakai sampo 1 x seminggu memakai gunting kuku - - | Dimandikan memakai waslap 1 x shari Sabun Tidak pernah - belum pernah - - - |
G. Aktivitas/Mobilitas Fisik
Kondisi | Sebelum sakit | Saat Sakit |
1. Kegiatan sehari-hari 2. Pengaturan jadual harian 4. Penggunaan alat Bantu aktivitas 4. Kesulitan pergerakan tubuh | Bermain - - - | Tidur ditempat tidur - - Aktif bergerak |